Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penyebab Banjir Bandang yang Tewaskan 7 Orang di Kota Batu Versi BNPB

Kompas.com - 07/11/2021, 12:21 WIB
Andi Hartik,
Dony Aprian

Tim Redaksi

MALANG, KOMPAS.com - Pelaksana tugas (Plt) Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Abdul Muhari mengatakan, banjir bandang yang terjadi di Kota Batu, Jawa Timur, disebabkan karena adanya bendung alam yang jebol di kawasan hulu.

Pria yang akrab dipanggil Aan menambahkan, berdasarkan survei udara terdapat bekas tanah longsor yang terjadi di tebing-tebing hutan yang menjadi hulu sungai.

Material longsor itu jatuh ke sungai purba atau sungai mati yang tidak teraliri air.

Material longsor juga membentuk bendung alam yang menahan laju air.

Baca juga: Banjir Bandang di Kota Batu, Wali Kota: Semua Korban Hilang Sudah Ditemukan

Jembolnya bendung alam akibat intensitas hujan yang tinggi sehingga mengakibatkan banjir bandang di sepanjang aliran sungai tersebut.

"Sehingga saat terjadi curah hujan yang tinggi, bendung-bendung alami tersebut tidak mampu menahan dan hancur. Karena itu, terjadi banjir yang membawa volume air besar, material pasir dan pohon tumbang," kata Abdul kepada wartawan, Minggu (7/11/2021).

Selain itu, perkebunan warga dengan tanaman semusim dinilai ikut memperparah keadaan. Kebun yang ada di lereng aliran sungai itu menciptakan sedimen lumpur yang ikut terbawa arus sungai saat banjir bandang.

Karena itu, BNPB merekomendasikan supaya di setiap lereng kebun semusim ditanami tanaman dengan akar yang kuat.

"Menanam pohon keras berakar kuat di pinggir atas lereng tebing terutama di pinggir kawasan kebun semusim. Pohon-pohon dengan nilai ekologis dan ekonomis," katanya.

Temuan BNPB ini sama dengan yang diungkapkan oleh Kepala Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Brantas, Muhammad Rizal.

Dia mengatakan, intensitas hujan yang tinggi itu diperparah dengan daerah resapan di hulu sungai yang mulai rusak. Akibatnya, banjir membawa material lumpur, batu dan kayu.

"Curah hujan yang cukup tinggi ini diperparah dengan kondisi tangkapan airnya yang sudah terbuka itu menyebabkan banyak sekali erosi tanah dan batu, kemudian juga kayu-kayu yang memang perlu diperbaiki supaya itu tidak terjadi lagi," katanya.

Baca juga: Ada di Bantaran Sungai Brantas, 7 Kampung Tematik di Kota Malang Terdampak Banjir Bandang

Rizal menjelaskan, erosi akibat kerusakan daerah resapan itu menimbulkan bendungan alami di aliran sungai.

Saat banjir terjadi, dam alam ini sempat menyumbat dan akhirnya jebol hingga menyebabkan banjir bandang.

"Itu tadi terjadi fenomena pembendungan alami atau natural dam. Jadi tadi di salah satu desa terjadi pembendungan. Jadi airnya tidak mengalir tapi malah naik ke atas. Terus kemudian bendungan alami dari tanah batu dan kayu itu jebol. Itulah yang menyebabkan banjir bandang. Ini saya kira yang perlu ada langkah-langkah yang jelas, tegas untuk menata daerah tangkapan air di Kali Brantas ini," jelasnya.

Direktur Utama Perum Jasa Tirta 1, Raymond Valiant Ruritan mengatakan, sungai yang meluap dan menyebabkan banjir bandang itu sebagai aliran alami yang bermuara di Sungai Brantas.

Sementara itu, warga menyebut aliran sungai itu sebagai sungai mati. Sebab, ketika musim kemarau tidak ada aliran airnya.

"Kalau kemarau tidak ada airnya. Kalau hujan ada, tapi mengalir biasa," kata Kasmuri (60), seorang warga.

Sekadar diketahui, banjir bandang melanda Kota Batu, Jawa Timur akibat hujan deras, Kamis (4/11/2021) sekitar pukul 14.00 WIB. Banjir itu menewaskan tujuh korban.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Suami di Karimun Bunuh Istri Pakai Batang Sikat Gigi

Suami di Karimun Bunuh Istri Pakai Batang Sikat Gigi

Regional
Maju Pilkada Maluku, Eks Pangdam Pattimura Daftar Cagub ke 5 Parpol

Maju Pilkada Maluku, Eks Pangdam Pattimura Daftar Cagub ke 5 Parpol

Regional
Ratusan Ribu Suara Pemilu 2024 di Bangka Belitung Tidak Sah, NasDem Gugat ke MK

Ratusan Ribu Suara Pemilu 2024 di Bangka Belitung Tidak Sah, NasDem Gugat ke MK

Regional
Maksimalkan Potensi, Pj Walkot Tangerang Minta Fasilitas Kawasan Kuliner Parlan Dilengkapi

Maksimalkan Potensi, Pj Walkot Tangerang Minta Fasilitas Kawasan Kuliner Parlan Dilengkapi

Kilas Daerah
Tim SAR Gabungan Kembali Temukan Jasad Korban Banjir Bandang Luwu

Tim SAR Gabungan Kembali Temukan Jasad Korban Banjir Bandang Luwu

Regional
Seorang Petani di Sikka NTT Dikeroyok hingga Babak Belur, 3 Pelaku Ditangkap

Seorang Petani di Sikka NTT Dikeroyok hingga Babak Belur, 3 Pelaku Ditangkap

Regional
KKB Ancam dan Rampas Barang Jemaat Gereja di Pegunungan Bintang

KKB Ancam dan Rampas Barang Jemaat Gereja di Pegunungan Bintang

Regional
Geng Motor Tawuran Tewaskan Pelajar SMA di Lampung, 2 Orang Jadi Tersangka

Geng Motor Tawuran Tewaskan Pelajar SMA di Lampung, 2 Orang Jadi Tersangka

Regional
Ayah Perkosa Putri Kandung di Mataram Saat Istri Kerja sebagai TKW

Ayah Perkosa Putri Kandung di Mataram Saat Istri Kerja sebagai TKW

Regional
Tanah Orangtua Dijual Tanpa Sepengetahuannya, Adik Bacok Kakak di Kampar

Tanah Orangtua Dijual Tanpa Sepengetahuannya, Adik Bacok Kakak di Kampar

Regional
Warga Cianjur Kaget Wanita yang Dinikahinya Ternyata Seorang Pria

Warga Cianjur Kaget Wanita yang Dinikahinya Ternyata Seorang Pria

Regional
Saiful Tewas Usai Ditangkap Polisi, Istri: Suami Saya Buruh Tani, Tak Terlibat Narkoba

Saiful Tewas Usai Ditangkap Polisi, Istri: Suami Saya Buruh Tani, Tak Terlibat Narkoba

Regional
KLB Diare di Pesisir Selatan Sumbar, Ada 150 Kasus dan 4 Orang Meninggal

KLB Diare di Pesisir Selatan Sumbar, Ada 150 Kasus dan 4 Orang Meninggal

Regional
Guru Honorer di Maluku Dipecat Setelah 11 Tahun Mengabdi, Pihak Sekolah Berikan Penjelasan

Guru Honorer di Maluku Dipecat Setelah 11 Tahun Mengabdi, Pihak Sekolah Berikan Penjelasan

Regional
Pikap Pelat Merah Angkut Ribuan Liter Miras di Gorontalo

Pikap Pelat Merah Angkut Ribuan Liter Miras di Gorontalo

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com