MALANG, KOMPAS.com - Banjir bandang yang terjadi di Kota Batu merupakan kejadian yang tidak pernah disangka.
Sebab, sungai yang meluap bukan sungai dengan aliran yang deras.
Bahkan, warga menyebut sungai itu dengan kali mati karena ketika musim kemarau tidak ada aliran airnya.
"Kalau kemarau tidak ada airnya. Kalau hujan ada, tapi mengalir biasa," kata Kasmuri (60), seorang warga saat ditemui di daerah hulu aliran sungai itu, Jumat (5/11/2021).
Baca juga: Kehilangan Anak dan Cucunya, Suliamat: Sejak 1994 Tinggal, Baru Kali Ini Banjir Bandang
Suliamat (53), warga Desa Bulukerto yang menjadi korban banjir tersebut mengatakan, sungai tersebut biasanya kering.
"Kesehariannya kering," katanya.
Kepala Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Brantas, Muhammad Rizal mengatakan, banjir bandang itu terjadi akibatnya daerah resapan air di hulu aliran itu sudah rusak.
Hal ini yang menyebabkan banjir membawa material lumpur, batu dan kayu.
"Curah hujan yang cukup tinggi ini diperparah dengan kondisi tangkapan airnya yang sudah terbuka itu menyebabkan banyak sekali erosi tanah dan batu, kemudian juga kayu-kayu yang memang perlu diperbaiki supaya itu tidak terjadi lagi," katanya.
Baca juga: UPDATE Banjir Bandang Kota Batu, Korban Meninggal Jadi 6 Orang
Wali Kota Batu, Punjul Santoso mengaku masih mengkaji penyebab banjir bandang tersebut.
"Penyebab masih dalam kajian tertulis," kata Punjul di Balai Kota Among Tani, Kota Batu, Jumat.
Baca juga: Cerita Suliamat Selamat dari Banjir Bandang, Mengaku Melihat Cahaya Saat Tertimpa Reruntuhan