KOMPAS.com - Ikah Atikah (41), ibunda Fahrurozi Dwiki Hermawa (12), siswa MTs Harapan Baru korban tragedi susur sungai di Ciamis, Jawa Barat, menangis histeris di depan jasad anaknya.
Tangisan Ikah terdengar dari rumah duka di Desa Puncak, Kecamatan Cigugur, Kuningan, Jawa Barat, Sabtu (16/10/2021).
Baca juga: Teguran dari Seorang Pemancing Membuat Farhan Selamat dari Tragedi Susur Sungai Ciamis
Pulangnya Fahrurozi dalam keadaan meninggal membuat Ikah terpukul.
Baca juga: Cerita Farhan, Selamat dari Tragedi Susur Sungai Ciamis, Pilih Kabur karena Rasakan Firasat Tak Enak
Wanita itu kerap jatuh pingsan hingga harus mendapat pertolongan warga sekitar.
Baca juga: 11 Siswa MTs Harapan Baru Ciamis Tewas Saat Susur Sungai Kegiatan Pramuka
Seperti berusaha membangunkan jasad anak, Ikah meminta Dede, sapaan Fahrurozi, untuk membuka mata.
"Dede, bangun, ini uang buat jajan, cepat buka matanya, De," kata Ikah, dikutip dari Tribun Jabar, Sabtu.
Ikah yang berderai air mata tak kuasa menahan kesedihan melihat anaknya menjadi korban tenggelam saat susur sungai bersama 10 orang lainnya.
"Dede bangun, cepat bangun," kata Ikah yang tak berhenti menangis.
Duka mendalam juga dirasakan keluarga Dea Rizki (13), siswa MTs Harapan Baru asal Desa Sukasari, Kecamatan Cikijing, Kabupaten Majalengka, Jabar.
Orangtua Dea, Saidin Alju (52) mengaku belum bisa menerima kenyataan anaknya telah tiada.
Ia menyebut, terakhir bertemu Dea pada pekan lalu di sekolahnya.
"Terakhir bertemu itu hari Minggu, saya ke sana jenguk," ujar Saidin kepada Tribun di rumahnya.
Saidin menceritakan, tak ada firasat apa pun saat ia bertemu anaknya kala itu.
Namun, semalam, dia justru mendapatkan kabar bahwa anak ketiganya tersebut telah meninggal dunia akibat tenggelam.
"Saya tahu dari kakaknya yang mondok juga di situ bahwa Dea meninggal. Awalnya kakaknya terus hubungi, tapi lama-kelamaan susah dihubungi," ujar Saidin.
"Kondisi seperti itu membuat saya langsung nyusul ke Ciamis. Di sana sudah banyak orang, macet, mungkin orangtua dari para korban juga," ucap dia.
Saidin mengira hanya anaknya saja yang menjadi korban. Namun, ternyata saat diberi tahu pihak sekolah, ada 10 korban lainnya yang mengalami kondisi serupa.