SUMEDANG, KOMPAS.com - Selama 76 tahun Indonesia merdeka, warga Kampung Cigumentong, Desa Sindulang, Kecamatan Cimanggung, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat hidup dalam suasana gelap tanpa listrik.
Selain tanpa adanya aliran listrik dari Perusahaan Listrik Negara (PLN), hingga saat ini, Kampung Cigumentong merupakan wilayah blank spot alias tanpa sinyal jaringan telepon selular.
Kampung Cigumentong merupakan wilayah ujung Kabupaten Sumedang yang berbatasan langsung dengan dua kabupaten yaitu Kabupaten Bandung dan Kabupaten Garut.
Baca juga: Bupati Ende Sebut 18 Desa di Wilayahnya Belum Teraliri Listrik
Lokasi Kampung Cigumentong berada di Gunung Kareumbi, tidak jauh dari Pos Kawasan Hutan Konservasi BBKSDA Jawa Barat.
Tokoh Adat Kampung Cigumentong Jai Suryana mengatakan, sejak Indonesia merdeka, warga sudah mendambakan adanya fasilitas listrik.
Akan tetapi, harapan tersebut dari tahun ke tahun hanya sebatas angan.
Baca juga: Delapan Desa di Perbatasan Indonesia-Malaysia Kini Teraliri Listrik
Namun hari ini, setelah 76 tahun 2 bulan Indonesia merdeka, akhirnya 63 jiwa dari 14 Kepala Keluarga (KK) bersuka cita karena telah dapat menikmati fasilitas listrik.
"Hari Alhamdulillah, kami menyambut dengan suka cita hadirnya listrik di kampung kami. Ini sudah kami dambakan sejak lama," ujar Jai kepada Kompas.com saat penyalaan lampu perdana di Kampung Cigumentong oleh PLN Jawa Barat dan Bupati Sumedang Dony Ahmad Munir, Selasa (5/10/2021).
Baca juga: Menunggu 35 Tahun, Kampung di Papua Barat Akhirnya Teraliri Listrik
Aneka cara warga dapatkan penerangan, dari PLTS, PLTA, sampai minta BBKSDA
Jai menuturkan, sebelum hari ini, untuk menerangi wilayah kampunya kurun lima tahun ini memanfaatkan aliran listrik dengan cara mencantol dari Pos BBKSDA Jawa Barat.
"Tapi hanya mampu menerangi lampu saja. Kalau untuk menghidupkan peralatan elektronik tidak kuat," tutur Jai.
Baca juga: Berkat Tenaga Surya, Tagihan Listrik Ponpes di Banjarnegara Berkurang Setengah
Jai menyebutkan, sebelum mencantol dari Pos BBKSDA, warga di kampungnya juga sempat memanfaatkan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA).
Tapi turbin air untuk PLTA cepat rusak dan listrik tidak dapat diandalkan.
"Sebelum PLTA kita juga sempat menggunakan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) tapi juga tidak maksimal," sebut Jai.
Baca juga: Sulitnya Menembus Desa Terisolir akibat Banjir di Lebak, Jalan Penuh Lumpur dan Terkepung Jurang