LAMPUNG, KOMPAS.com - Provinsi Lampung memiliki tradisi khas menjelang Ramadhan, yakni turun mandi ke sungai. Tradisi ini disebut Blangikhan (baca: blangiran).
Belasan gadis dan jejaka muda turun ke Kali Akar, Telukbetung Selatan, Rabu (7/4/2021) pagi.
Para muli (gadis dalam bahasa Lampung) itu mengenakan penutup bahu berbahan rajutan sulam usus dengan terusan kain tapis.
Air sungai yang jernih memperlihatkan bagian dasar yang berbatu koral. Air terasa sejuk.
Melihat para gadis mulai bergerak ke tengah sungai dangkal itu, para bujang spontan jahil, menempiaskan air sungai ke arah para sang gadis.
Baca juga: Kisah Rani Anjani, Perajin Cobek Tradisional Cianjur, Mempertahankan Warisan Usaha Turun-temurun
Terkena cipratan air, para gadis berparas menarik itu pun membalas sambil diiringi tawa berderai. Sehingga tubuh menjadi basah.
Usai bercanda, beberapa "muli" meraih kembang di tepi sungai, lalu melulurkannya ke tangan laiknya sabun, dan membasuhnya di kepala laiknya sampo.
Tradisi ini disebut dengan istilah "Blangikhan". Sebuah tradisi khas Lampung di saat menjelang Ramadhan.
"Blangikhan" adalah tradisi turun mandi di sungai yang mulai dilupakan di zaman modern sekarang ini.
Baca juga: Tradisi Petang Megang Menjelang Ramadhan di Pekanbaru Hanya untuk Kelompok Kecil
Sekretaris Daerah Provinsi Lampung, Fahrizal Darminto mengatakan, Blangikhan adalah simbol dari mensucikan diri begitu memasuki Bulan Ramadhan.
"Ini tradisi khas Lampung. Ritual turun temurun dari leluhur. Ada makna dan pelajaran bagi generasi muda," kata Fahrizal saat menghadiri seremoni Blangikhan yang ditaja ormas Lampung Sai, Selasa.
Secara filosofis, Fahrizal mengatakan, Blangikhan ini memiliki nilai-nilai yang terkandung, yang sudah seharusnya dilakukan manusia sebelum menjalani ibadah puasa.
"Mandi ini bukan hanya membersihkan badan atau jasmani saja, tetapi juga membersihkan hati dari segala sifat buruk, sombong, iri, dendam," kata Fahrizal.