Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Melihat Potensi Jeruk Nipis yang Dikembangkan Warga Desa Kebonagung

Kompas.com - 31/01/2018, 15:41 WIB
Hamzah Arfah

Penulis

GRESIK, KOMPAS.com – Di pengujung utara Kabupaten Gresik, Jawa Timur, ada satu desa yang warganya menanam berbagai macam buah. Desa itu bernama Kebonagung, yang termasuk dalam wilayah Kecamatan Ujungpangkah, atau 36 kilometer dari pusat Kota Gresik.

Berbagai macam buah yang bisa dijumpai ketika berkunjung ke Desa Kebonagung misalnya buah naga, rambutan, klengkeng, durian, dan nanas. Di antara buah-buahan itu, yang menjadi andalan para warga desa adalah jeruk nipis.

“Jauh sebelumnya, warga di sini termasuk saya, awalnya menekuni budi daya mangga dan sempat berlangsung selama bertahun-tahun. Tapi, karena mangga kami rasa tidak cukup menguntungkan, kami kemudian beralih menanam jeruk biasa atau yang biasa dikenal orang dengan sebutan jeruk siem,” ujar Mulyono (55), warga Desa Kebonagung, Rabu (31/1/2018).

Namun, petaka mulai muncul pada rentang 2010-2011 lantaran tanaman jeruk siem yang dibudidayakan oleh warga Desa Kebonagung terserang virus. Hal itu membuat tanaman jeruk mereka tidak bisa berkembang dengan semestinya.

“Karena itu, sekitar mulai tahun 2013, warga desa di sini termasuk saya mencoba jeruk nipis. Terakhir itu tanaman jeruk di sini terserang virus, yang membuat tanaman sulit berkembang baik dan membuat kami rugi hingga puluhan juta,” terangnya.

Para petani setempat menilai, budi daya jeruk nipis sangat mudah dengan menjanjikan keuntungan cukup menggiurkan. Terlebih lagi, jeruk nipis dianggap lebih tahan penyakit ketimbang jeruk biasa.

“Kalau jeruk nipis ini lebih mudah budi dayanya dan lebih tahan penyakit. Apalagi tanah di sini juga sangat mendukung dalam budi daya jeruk nipis, sehingga setiap panen hasil selalu melimpah,” tutur Mulyono.

Baca juga : Tingkatkan Kesehatan Masyarakat, Gus Ipul Promosikan Buah Lokal

Kasturi (52), seorang petani jeruk nipis lainnya di Desa Kebonagung, menambahkan, mayoritas warga desa berprofesi sebagai petani jeruk nipis lantaran untuk saat ini varietas tersebut dianggap cukup menjanjikan. Meski demikian, beberapa tanaman buah juga ditanam, seperti buah naga, klengkeng, rambutan, maupun durian.

“Satu hektar lahan biasanya petani di sini menanami sekitar 800 tanaman jeruk nipis, dengan hasil panen sebenarnya setiap hari bisa dipanen. Dengan umur tanaman dua tahun, satu tanaman dalam seminggu sudah bisa menghasilkan satu kilogram jeruk nipis, jadi sudah bisa dibayangkan sendiri,” ucap dia.

Dengan proses penjualan, biasanya hasil panen warga dan petani tersebut dikumpulkan oleh kelompok petani setempat untuk kemudian dipasarkan ke Surabaya, Lamongan, hingga wilayah Jawa Tengah.

“Menurut kabar yang saya tahu dari kelompok tani, ini juga sedang diusahakan untuk dapat memasarkan hasil panen ke Pasar Induk yang ada di Jakarta. Semoga saja bisa terwujud dalam waktu dekat,” kata Kasturi.


Selain jeruk nipis, para petani di Desa Kebonagung juga membudidayakan berbagai macam buah, termasuk rambutan.KOMPAS.com/Hamzah Selain jeruk nipis, para petani di Desa Kebonagung juga membudidayakan berbagai macam buah, termasuk rambutan.

Sudah didaftarkan ke Kementerian Pertanian

Kepala Desa Kebonagung Nur Khozin menjelaskan, jeruk nipis untuk saat ini memang menjadi tulang punggung pendapatan warganya. Sebab, dari 1.400 warga Desa Kebonagung, sekitar 90 persen merupakan petani dan saat ini membudidayakan jeruk nipis.

“Sebenarnya banyak buah-buahan yang dibudidayakan oleh warga di sini, tapi yang menjadi andalan memang jeruk nipis. Ada sekitar 200 hektar lahan yang digunakan untuk budi daya jeruk nipis di sini,” ungkap Nur Khozin.

Bahkan, Nur Khozin bersyukur karena kini melihat kesejahteraan warga di desa mulai terangkat sejak membudidayakan jeruk nipis. Meski demikian, dari segi penjualan, harga jeruk nipis di pasaran masih sering fluktuatif.

“Kemarin itu sempat satu kilogram itu mencapai Rp 24.000, tapi sekarang di pasaran satu kilogram hanya dihargai Rp 7.000, ya mungkin sedang sama-sama panen di tempat lain. Tapi, saya lihat rata-rata warga mengaku lebih senang budi daya jeruk nipis ketimbang lainnya karena dianggap lebih menguntungkan,” kata Nur Khozin.

Baca juga: Kementerian Desa Tawarkan kerja Sama untuk Petani Jambu di Kendal 

Akhir tahun 2017, jeruk nipis yang dibudidayakan oleh warga Desa Kebonagung secara resmi terdaftar di Pusat Perlindungan Varietas Tanaman dan Perizinan Pertanian (PVTPP), Kementerian Pertanian Republik Indonesia.

“Langkah pendaftaran itu sebagai bentuk upaya menjaga kelestarian sumber daya genetik dan ciri khas tanaman yang berasal dari Kabupaten Gresik. Setelah resmi terdaftar, komoditas jeruk nipis menjadi varietas unggulan lokal akan terus dipelihara serta dikembangkan,” ujar Wakil Bupati Gresik Mohammad Qosim.

Kompas TV Hasilkan Biji Kopi Berkualitas dengan Pengolahan Tradisional
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com