Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dedi Mulyadi Kerap Menangis Saat Ingat Ibu

Kompas.com - 22/12/2017, 13:57 WIB
Irwan Nugraha

Penulis

PURWAKARTA, KOMPAS.com - Hari Ibu setiap tahunnya selalu diperingati setiap tanggal 22 Desember yang pada tahun ini jatuh pada Jumat (22/12/2017). Terlihat penampilan kostum berbeda dipakai oleh semua pegawai perempuan Pemerintah Kabupaten Purwakarta yang hari ini kompak mengenakan kebaya.

Mereka pun berkumpul mengikuti acara peringatan Hari Ibu di Taman Mayadatar Kompleks Setda Kabupaten Purwakarta sejak pagi. Acara dipimpin langsung oleh istri Bupati Purwakarta sekaligus Ketua PKK daerah setempat, Anne Ratna Mustika.

Anne mengatakan, zaman sekarang peran ibu sejatinya masih tak lepas dari tanggung jawabnya yang besar dalam mengurus rumah tangga. Meski kemajuan zaman begitu pesat, dirinya menilai bahwa perempuan menjadi seorang ibu sangat tak bisa terpisahkan.

"Meski zaman sekarang, tugas seorang perempuan sebagai seorang ibu tetap memiliki tanggung jawab besar mengurus rumah tangga. Sesibuk apa pun pekerjaan seorang ibu tak akan lepas dari tanggung jawabnya mengurus anak-anak dan suaminya sebagai pengabdian," ujar Anne di hadapan para pegawai perempuan, Jumat pagi.

Sementara itu, Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi yang hadir pada acara itu memuji semua perempuan peserta acara peringatan Hari Ibu tersebut. Dirinya mengaku selalu sedih dan menangis kalau mengingat almarhum ibunya.

"Kalau saya ingat almarhum ibu, saya selalu sedih karena perjuangannya membesarkan sembilan anaknya tak bisa terbalaskan. Kekuatan dan ajaran ibu yang membuat saya bisa seperti ini," kata Bupati Dedi.

Baca juga: Hari Ibu, Ini Pesan Jokowi ke Mama-mama Papua

Dedi menambahkan, selama ini perjuangan perempuan atau seorang ibu adalah sosok perkasa karena mampu melewati berbagai tantangan besar, mulai dari masa kehamilan sampai melahirkan.

Tantangan tidak selesai setelah ibu melahirkan. Keperkasaan seorang ibu juga dihadapkan pada masalah ekonomi keluarga dengan anak yang banyak. Ia mencontohkan, keluarganya dulu tidak berasal dari keluarga berada. 

"Orang tua saya anaknya banyak, ekonomi terbatas. Tapi ibu saya mampu mengatur uang dengan baik, dalam istilah Sunda mageuhkeun duit. Sampai akhirnya kami bisa hidup, bisa sekolah, dan saya bisa jadi bupati," ungkap dia.

Sekarang ini banyak tokoh besar di Indonesia yang lahir dari didikan seorang ibu yang perkasa dan bernasib sama dengannya.

"Ibu-ibu di Indonesia ini perkasa, banyak tokoh besar di republik ini yang lahir, besar, dan dididik oleh ibu yang perkasa," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com