KARANGASEM, KOMPAS.com - Kasubdit mitigasi wilayah timur Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Devi Kemal mengatakan, sebelum meletus, rekahan di kawah Gunung Agung mengalami pelebaran sebagaimana terlihat melalui citra satelit.
"Kalau rekahan memang teramati membesar dari satelit pada sekitar 15 November lalu," kata Devi, Selasa (21/11/2017).
Selain itu, Satelit Aster TIR juga menangkap peningkatan energi termal pada waktu yang sama. Selain citra satelit, petugas juga menerbangkan drone untuk untuk mengukur gas yang menyembur bersama asap di puncak gunung.
Dari proses pengukuran tersebut menunjukan kadar CO2 dan H2O yang tinggi. Sementara kadar SO2 justru rendah, kemungkinan karena faktor scrubbing. KadarSO2 terjebak dalam air hidrothermal di dalam tubuh Gunung Agung.
"Tingginya CO2 mengindikasikan bahwa asap putih yang teramati selama ini merupakan kontribusi dari magma, asap ini 100 persen adalah volcanic origin," kata Devi.
Baca juga : PVMBG: Hujan Abu Vulkanik Landa Sejumlah Desa di Sekitar Gunung Agung
Gunung Agung yang terletak di Kabupaten Karangasem, Provinsi Bali, meletus sejak Selasa (21/11/2017) pukul 17.05 Wita. Letusan masih terus berlangsung.
Dari puncak gunung tampak semburan asap kelabu dan abu tipis setinggi kurang lebih 500-700 meter yang tertiup angin ke arah timur dan tenggara. Berdasarkan pengamatan menggunakan thermal cam pada Selasa malam, asap telah membubung hingga mencapai ketinggian 1.000 meter.
Baca juga : Gunung Agung Meletus, Warga Diimbau Tetap Tenang
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.