Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Belasan Pemuda Tani Ini Sulap Lahan Kering Menjadi Produktif

Kompas.com - 25/07/2017, 21:06 WIB
Markus Yuwono

Penulis

YOGYAKARTA,KOMPAS.com - Petani, dewasa ini, merupakan pekerjaan yang jarang dilirik pemuda. Namun tidak bagi sekelompok pemuda di Dusun Tanjung I, Bleberan, Playen, Gunungkidul, Yogyakarta.

Mereka berkumpul mendirikan kelompok tani. Bahkan, mereka mengubah lahan kering menjadi lahan produktif di saat musim kemarau.

Dusun Tanjung merupakan dusun kecil di sebelah barat Kota Wonosari. Di kawasan ini, sebagian besar penduduknya berprofesi sebagai petani. Mereka memanfaatkan musim penghujan untuk bercocok tanam.

Biasanya, saat kemarau, tanah dibiarkan mengering, lalu ditanami padi dan palawija. Namun di tangan Kelompok tani Taruna Manunggal, lahan kering diubah menjadi lahan bermanfaat untuk menanam cabai dan bawang merah.

Mereka memanfaatkan air sungai yang dibendung dan dipompa menggunakan mesin tenaga surya, bantuan dari Balai penelitian Agroklimat dan Hidrologi Pertanian Bogor bekerja sama dengan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPPT) Yogyakarta.

(Baca juga: Usai Dilantik Jokowi, Perwira TNI Anak Petani Ini Sujud di Kaki Ibunya)

 

Ketua Kelompok Tani Taruna Manunggal, Heru Setyawan mengatakan, memasuki musim kemarau seperti sekarang, pihaknya memaksimalkan lahan untuk ditanami bawang merah dan cabai.

Sejak bantuan mesin pompa air tanpa bahan bakar tersebut, ia dan 23 orang rekannya mampu menanam di pekarangan dan ladang. "Selama dua tahun kami menanam cabai merah, dan tahun ini mencoba untuk tumpangsari," katanya, Selasa (25/7/2017).

Dengan metode mulsa atau lahan diberi plastik penutup mampu meningkatkan produksi. Selama dua tahun rata-rata 5 kuintal cabai merah. Tahun ini, 2.400 meter persegi yang ditanami 2 kuintal bibit bawang merah.

"Untuk tahun ini hasilnya cukup lumayan karena harga bawang merah di jual Rp 25.000 perkilonya, lumayanlah untuk memenuhi kebutuhan," jelasnya.

Hasil yang cukup menjanjikan itu pula yang membuat para pemuda di kampung ini tidak pergi merantau.

"Kelompok kami 23 orang usianya masih muda rata-rata 30-an tahun, semuanya bertani. Sampingannya buruh bangunan jika ada yang membutuhkan, tetapi pekerjaan pokoknya bertani," ucapnya.

Kepala Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi Pertanian Bogor, Harmanto mengatakan, penguatan teknologi pertanian dan tanaman pangan dengan menanam bawang merah di lahan tandus sangat tepat.

Caranya dengan menggunakan teknologi pengairan dari parit yang dipadukan dengan sistem pompa bertenaga surya. Perpaduan tersebut ditambah teknologi mulsa, sangat cocok diterapkan pada daerah tandus seperti Gunungkidul.

Walau bertanam di musim kemarau, pengairan yang cukup, bisa membuat tanaman bawang merah mencapai hasil memuaskan.

"Walaupun musim kemarau, kami bisa memanfaatkan lahan untuk ditanami, dan hasilnya cukup bagus. Harapannya bisa swasembada bawang merah dan cabai merah, atau paling tidak memenuhi kebutuhan sendiri," tandasnya. 

Kompas TV Pasokan Kurang Membuat Harga Garam Naik
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com