Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketika Mobil Buatan Jerman Dijadikan Kanvas oleh Seniman Yogyakarta

Kompas.com - 17/05/2017, 07:45 WIB
Kontributor Yogyakarta, Teuku Muhammad Guci Syaifudin

Penulis

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Sembilan mobil buatan Jerman parkir berjajar di halaman di Jalan Magangan Kulon nomor 1, Panembahan, Kraton, Kota Yogyakarta, Selasa (16/4/2017) sore.

Mobil buatan Jerman itu bermerk Volkswagen Kombi, Volkswagen Safari, dan BMW seri lima. Uniknya, kesembilan mobil berlabel mewah dan langka itu memiliki cat yang mirip, layaknya lukisan di kain kanvas.

Baca juga: Puluhan Seniman Papua dan Bali Berkolaborasi Seni di Jayapura

Ya, mobil itu hasil polesan tangan seorang seniman asal Kota Yogyakarta, Budi Haryono. Pria yang akrab disapa Ubrux itu melukis mobil langka dan mahal itu dengan objek media cetak atau koran.

Budi melukis badan sembilan mobil itu dengan cat akrilik. Kesembilan mobil itu sempat berkeliling Kota Yogyakarta. Sebelum berkeliling, mobil tersebut dipamerkan ke masyarakat di Candi Prambanan. Setelah itu mobil diarak mulai dari Candi Prambanan-Jalan Solo-Tugu-Alun alun utara-Alun alun Selatan-Jalan Magangan Kulon nomor 1.

Budi mengaku sengaja melukis sembilan mobil itu untuk mengepresikan pikirannya dan menggambarkan kondisi Indonesia saat ini.

"Mobil yang dilukis itu Raja Kaya saat ini," kata pria yang irit bicara.

Raja Kaya merupakan pesan kritis yang menunjukkan kekayaan material manusia saat ini seperti tanah, perhiasan, atau kendaraan. Adapun kekayaan itu bersumber dari uang yang diperoleh dengan berbagai cara. Adapun objek koran-koran yang terlukis di badan mobil, kata dia, merupakan berita-berita hangat yang terjadi di Indonesia saat ini. Antara lain kasus korupsi e-KTP, vonis Ahok, dan lainnya.

"Lukisan koran yang ada di mobil itu saya dapatkan dari berbagai referensi (koran). Kalau ada judul yang pakai aksara Jawa itu diambil dari pepatah Jawa," kata Budi.

Ditanya alasan menggunakan objek koran, ia menilai media massa, terutama koran, memiliki peran penting dalam kontrol sosial. Ia pun terinspirasi dari buruh gendong di Pasar Beringharjo. Saat mahasiswa, ia mengetahui para buruh gendong di pasar Kota Yogyakarta itu melek informasi.

"Ini yang saya pertahankan sampai saat ini dan saya akan melukis hal serupa (objek koran) sampai saya tidak lagi bisa melukis," kata Budi.

Budi membutuhkan waktu sekitar setahun untuk melukis sembilan mobil itu. Kesembilan mobil itu, kata dia, milik seorang pria bernama Agung Tobing. Agung sendiri menjadi promotor pameran lukisan karyanya di Taman Budaya Yogyakarta pada 18 Mei 2017.

"Ini ekspresi murni, saya juga pernah melukis di bak truk. Tapi tidak ada perbedaannya, melukis di mobil mewah atau bak truk itu sama saja," kata Budi.

Pemilik mobil, Agung mengaku telah merelakan sembilan mobil mewah dan langka miliknya untuk dilukis Budi. Hal itu dilakukannya untuk mendukung Budi dalam berkarya. Sebab ia sangat mengagumi Budi sebagai seniman yang mampu membentuk objek-objek menyerupai koran.

"Kuat sekali pesan yang ingin disampaikan. Karyanya menyodorkan keindahan yang berbeda," kata Agung.

Baca juga: Ridwan Kamil Tantang Seniman Perbanyak Mural di Bandung

Agung mengaku, mobilnya dilukis seniman bukan pertama kali. Sebelumnya, ia juga pernah merelakan sejumlah mobil untuk dulikis seniman lain asal Kota Yogyakarta. Ia pun menyebut, beberapa mobil yang telah dilukis itu dipamerkan di Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta.

"Rencananya saya memang ingin buat museum lukisan sendiri yang medianya dari mobil," kata Agung.

Kompas TV Seperti apa bentuk tato yang bisa bersuara ini?  
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com