Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pohon Trembesi Berumur 150 Tahun di Medan Tumbang

Kompas.com - 09/01/2017, 18:46 WIB
Kontributor Medan, Mei Leandha

Penulis

MEDAN, KOMPAS.com - Kawasan bersejarah Lapangan Merdeka Medan yang kini dikenal dengan Merdeka Walk di Jalan Balai Kota Medan mendadak macet panjang hampir dua jam. Rupanya, sebatang pohon trembesi berumur seabad lebih tumbang. Padahal, tidak ada hujan atau pun angin kencang sebelumnya.

Meski tidak ada korban jiwa, tetapi dua mobil, sepeda motor, dan dua pengendaranya jadi korban. Dua korban luka-luka adalah Handi (41) dan Fachreza (13) warga Jalan Pukat VII Gang Permai.

Saat kejadian, keduanya sedang berboncengan di atas sepeda motor BK 4353 AAH melintasi lokasi kejadian. Handi luka dibagian dada, sedangkan Fachreza terluka punggung dan kaki.

"Keduanya dirawat di RS Malahayati," kata Manajer Pusdalops yang juga Komandan Tim Reaksi Cepat (TRC) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Medan, M Yunus, Senin (9/1/2017).

Dua unit mobil yang tertimpa adalah Mazda BK 1531 IW dan Honda CRV BK 69 UB yang sedang parkir. Dua orang yang berada di mobil, Asri (41) dan Yusman (43) sempat dilarikan ke RS Putri Hijau. Keduanya tidak terluka namun mereka mengalami shock.

Kemacetan yang terjadi membuat polisi melakukan pengalihan arus lalu lintas.

Sementara Tim Reaksi Cepat BPBD Kota Medan bersama Dinas Pertamanan langsung mengevakuasi pohon dan kendaraan yang tertimpa.

"Dua pengguna jalan luka-luka. Satu di antaranya adalah pengendara motor," kata Kasat Lantas Polrestabes Medan AKBP Indra Warman.

Di tempat terpisah, sejarawan dan Ketua Pusat Studi Sejarah dan Ilmu-Ilmu Sosial (Pussis) Universitas Negeri Medan (Unimed) Medan, Dr Phil Ichwan Azhari yang dikonfirmasi mengatakan, dirinya sudah lama memprotes berdirinya bangunan permanen di bawah pohon trembesi yang bersejarah di lapangan merdeka Medan.

"Silakan cek diberbagai media beberapa tahun lalu," ucapnya.

Dia bilang, pohon-pohon trembesi yang hampir sepenuhnya mengelilingi Lapangan Merdeka Medan didatangkan dari Amerika Latin oleh orang Belanda. Ditanam di sekeliling Lapangan Merdeka pada akhir abad 19 saat Medan akan disiapkan sebagai kota modern.

Sebagai kota yang didesain hampir 100 persen bergaya eropa, maka di sekitarnya juga dibangun kantor pos, de java bank, hotel, balai kota yang di depannya ada alun alun luas bernama Esplanade.

"Esplanade ya lapangan merdeka itu. Pohon Trembesi ditanam di sekelilingnya selain untuk keindahan juga untuk memberi keteduhan dan kesejukan panasnya pusat Kota Medan waktu itu," kata Ichwan.

Pohon trembesi yang tumbang umurnya sekitar 150 tahun. Menurut dia, kalau dirawat dan lingkungannya tidak diganggu, usia  pohon ini bisa mencapai 500 tahun. Pohon yang sama dan berumur lebih 200 tahun bisa kita temui di Malaysia.

"Pohon trembesi tua di pusat Kota Medan ini memenuhi syarat untuk masuk sebagai tanaman yang dilindungi. Dasarnya UU Cagar Budaya yang memasukkan lingkungan sebagai bagian dari desain kebudayaan rekayasa budaya manusia di masa lalu. Pohon-pohon ini harusnya menjadi salah satu ikon Kota Medan yang unik karena menjadi bagian dari rekayasa desain suatu kota yang indah dan menyimpan jejak intelektual perancangnya," paparnya.

Sayangnya, lanjut dia, Pemkot Medan tidak menyelamatkan pohon-pohon bersejarah ini. Lantai kawasan Merdeka Walk dan depan stasion kereta api dicor yang menyebabkan terancamnya daya tahan hidup pohon penting ini.

"Tidak pernah saya lihat ada data atau berita Pemkot Medan pernah melibatkan para ahli tanaman kuno untuk merawat pohon ini sebagai bagian dari warisan kota yang indah dan membanggakan estetika kota," sebutnya.

Menurut dia, bangunan yang muncul di sisi barat dan timur lapangan bisa membunuh pepohonan.  Pemangkasan yang dilakukan selama ini juga bagian dari memperlemah daya tahan pohon.

"Libatkan para ahli untuk menyelamatkan pohon-pohon bersejarah ini, bongkar lantai cor Merdeka Walk dan lapangan parkir di depan PT Kereta Api. Jangan Pemko cari jalan mudah, malah pohon-pohon sisanya ditumbangi semua," kata Ichwan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com