Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tari Burake, Uji Nyali Perempuan Menari di Atas Pedang Tanpa Terluka

Kompas.com - 01/12/2016, 10:19 WIB
Junaedi

Penulis

MAMASA, KOMPAS.com - Tari burake adalah salah satu jenis tarian unik dan langka yang masih terus dilestarikan masyarakat di Kecamatan Balla, Kabupaten Mamasa, Sulawesi Barat.

Tarian ini membutuhkan nyali besar dari para penari atau To Burake karena mereka harus menari di atas sebilah parang yang tajam tanpa terluka.

Tarian tradisonal ini tidak hanya dicintai warga Mamasa, terutama keturunan To Burake, tetapi juga memikat hati para wsiatawan mancanegara.

Tarian ini bahkan sudah beberapa kali mendapat undangan untuk tampil dalam berbagai momentum acara keheormatan di luar negeri.

Di antara sekian banyaknya tari-tarian tradisonal yang berasal dari Kecamatan Balla, tari Burake paling jarang dipertontonkan di muka umum.

Sebab, tarian ini mempertontonkan gerakan ekstrem yang dilakukan penari perempuan, yakni menari di atas sebilah parang tajam tanpa terluka.

Selain itu, tari ini hanya dilakukan warga dalam sebuah acara hajatan atau syukuran di Kecamatan Balla, Mamasa. Tarian ini biasanya dipertunjukan jika seorang warga, lelaki atau perempuan yang telah memenuhi atau nazarnya terkabul.

Salah satu nazar yang dimaksud misalnya, seorang lelaki atau perempuan selesai membangun sebuah rumah ukir Mamasa, salah satu rumah kebanggaan dan lambang sosial bagi masyarakat Mamasa, maka pemilik nazar akan menggelar acara syukuran besar dan menggelar pertunjukan tari Burake.

“Warga yang telah menunaikan hajatannya, atau cita-citanya tercapai biasanya mereka menggelar acara syukuran, termasuk menggelar pertunjukan tarian sakral to Burake,” jelas Daen Mangadi, kordinator sanggar seni sadar Wisata Desa Balla Satanetean, saat ditemui usai pementasan tari Burake di Dusun Tumangke, Desa Balla Satanetean, Kecamatan Balla, Kabupaten Mamasa, Sabtu (26/11) pekan lalu.

Atraksi penari perempuan di atas sebilah pedang tajam bermakna mengikis habis segala bentuk keburukan anggota keluarga sebelum acara syukuran dimulai. Tari ini digelar agar persembahan syukuran warga diterima Tuhan dan anggota keluarga diberkati.

Tak sembarang orang

Tarian Burake tak hanya menuntut kecakapan menari dengan irama yang indah, tapi juga membutuhkan kemampuan ilmu meringankan badan agar bisa menari leluasa di atas sebilah pedang tanpa terluka sedikit pun.

Penari Burake perempuan atau To Burake yang menari di atas sebilah parang yang tajam tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang. Tarian ini hanya bisa dilakukan oleh keturunan langsung dari To Burake.

Hal ini diyakini warga karena To Burake dinilai sebagai pewaris budaya leluhur yang harus terus dilakukan secara turun-temurun.

Penari yang bisa memainkan tarian ini hanya turunan To Burake yang sudah dilantik secara adat melalaui upacara adat secara khusus. Tarian sakral dan unik ini masih terus dilestarikan warga secara turun-temurun, terutama oleh warga Balla.

Seorang warga yang juga pecinta seni budaya leluhur, Jhon Deppalangge menyebutkan, tarian sakral dan unik yang membutuhkan nyali besar ini tidak hanya mulai marak ditampilkan di Balla, tetapi juga sudah beberapa kali manggung di luar negeri.

Menurut Jhon, tari-tarian dari Kecamatan Balla sudah terkenal ke luar bahkan sampai ke dunia internasional.

“Saya sangat puas dengan tarian tersebut, terlebih lagi ini untuk mengangkat tarian dan budaya lokal dari daerah Mamasa," terang Jhon.

Makna tarian Burake sendiri, menurut Daen Mangadi, adalah nembuang segala bentuk keburukan dan kepahitan dalam satu rumah tangga sebelum acara syukuran dimulai, sehingga kegiatan tersebut berlangsung aman, tenang dan tanpa hambatan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com