Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 30/09/2016, 10:43 WIB
Kontributor Banyuwangi, Ira Rachmawati

Penulis

BANYUWANGI, KOMPAS.com — Seorang perempuan berbaju batik warna biru menunjukkan foto seorang laki-laki dari ponselnya.

"Ini suami saya, Abdul Ghani. Kami menikah pada Juni 2015," ujar perempuan yang bernama Erwin Hariyati kepada Kompas.com, Jumat (30/9/2016).

Abdul Ghani adalah salah satu korban pembunuhan yang diduga diotaki oleh Taat Pribadi, pemimpin Padepokan Dimas Kanjeng yang berada di Probolinggo, Jawa Timur.

Warga asal Kecamatan Cluring, Kabupaten Banyuwangi, tersebut mengaku 3 bulan sebelum suaminya ditemukan tewas, dia diungsikan pulang ke Banyuwangi dan tinggal kembali bersama orangtuanya.

Ia harus pindah karena suaminya akan membongkar kedok penipuan yang selama ini dilakukan oleh Taat Pribadi. Saat itu, menurut Erwin, suaminya sudah melaporkan Taat ke Jakarta.

"Suami saya wira-wiri Jakarta-Probolinggo untuk buat laporan itu. Saya diungsikan pulang ke Banyuwangi takut kalau ada apa-apa. Terakhir, saya kontak suami saya, 13 April tengah malam, pulang dari Banyuwangi. Subuh, kasih kabar kalau sudah sampai Probolinggo," ujar perempuan kelahiran Banyuwangi, 13 Maret 1992, tersebut.

Sebelum memutuskan pindah ke Banyuwangi, Erwin dan Abdul Ghani tinggal di Desa Semampir, Kecamatan Kraksaan, Probolinggo.

Sebelum ditemukan tewas di Waduk Gajah Mungkur, Wonogiri, Jawa Tengah, pada 14 April 2016, Abdul Ghani tinggal di Banyuwangi selama 3 hari. Bahkan, sebelum pulang, pengusaha asal Probolinggo tersebut sempat membasuh kaki ibu bapak mertuanya untuk meminta restu karena akan "perang" melawan Taat Pribadi.

"Waktu basuh kaki, suami saya bilang, 'Pak, Bu, saya mau perang. Kalau saya masih selamat, berarti Allah masih sayang saya. Kalau enggak selamat, berarti saya harus menolong orang banyak,'" kata Erwin menirukan ucapan suaminya.

Setelah itu, Erwin mengaku kehilangan kontak suaminya selama 2 hari. Keluarga di Probolinggo juga sempat menghubungi Erwin untuk mencari Abdul Ghani. Ia kemudian mendengarkan kabar bahwa suaminya ditemukan tewas di Waduk Gajah Mungkur Wonogiri.

"Saya shock saat itu dan sudah menyangka kalau kematian suami saya ada kaitannya dengan pedepokan. Namun, saya milih diam karena takut ada apa-apa dengan saya dan keluarga," ungkapnya.

Saat selamatan tujuh hari suaminya, ia sempat didatangi oleh pihak kepolisian Wonogiri untuk dimintai keterangan. Ia kemudian memilih diam dan tidak berani menceritakan masalahnya selama ini.

"Saya baru berani berbicara kepada orang banyak sekarang setelah Kanjeng Taat ditangkap oleh polisi. Sebelumnya, saya hanya berani bicara kepada polisi," ujarnya.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Kisah Pengojek Indonesia dan Malaysia di Tapal Batas, Berbagi Rezeki di 'Rumah' yang Sama...

Kisah Pengojek Indonesia dan Malaysia di Tapal Batas, Berbagi Rezeki di "Rumah" yang Sama...

Regional
Menara Pengintai Khas Dayak Bidayuh Jadi Daya Tarik PLBN Jagoi Babang

Menara Pengintai Khas Dayak Bidayuh Jadi Daya Tarik PLBN Jagoi Babang

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com