Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mesakh Amen, Cahaya di Pelosok Desa

Kompas.com - 16/08/2016, 10:44 WIB
Emanuel Edi Saputra

Penulis

Pengantar Redaksi: Mesakh Amen terpilih sebagai Sosok Bulan Juli 2016 Harian "Kompas" berdasarkan pilihan pembaca. Dia memperoleh total nilai 845 poin, mengungguli 22 sosok lain. Sosok Bulan Ini adalah program Harian Kompas yang digelar sejak Juni 2016. Pembaca dapat berpartisipasi dengan memberikan suara lewat kompasprint.com/sosok.

Selanjutnya, sosok-sosok terpilih setiap bulan bakal dikompetisikan lagi pada akhir tahun untuk mendapatkan gelar "Sosok Tahun Ini". Dengan program ini, "Kompas" ingin mengajak pembaca untuk memberikan penghargaan kepada sosok-sosok yang telah bekerja di seluruh penjuru Nusantara dalam menggerakkan perubahan di masyarakat.

Pemenang Sosok Bulan Ini sebelumnya adalah Rika Endang Triyani. Sosok ”Rika Endang Triyani, Dongeng untuk Menanam Kebaikan” terpilih sebagai Sosok Bulan Juni 2016 dengan skor total 1.202, mengungguli 22 sosok lain. Berikut ini tulisan lengkap soal Mesakh Amen.


KOMPAS/EMANUEL EDI SAPUTRA Mesakh Amen
Kuningan merupakan dusun terpencil di Kabupaten Landak, Kalimantan Barat, yang nyaris tak tersentuh pembangunan. Dusun itu gelap gulita akibat tak menerima layanan listrik. Mesakh Amen (54), seorang rohaniwan di Pontianak, turun tangan membantu warga membangun pembangkit listrik tenaga air.

 Dusun Kuningan terletak sekitar 70 kilometer dari kota Ngabang, ibu kota Kabupaten Landak. Daerah itu terisolasi. Jalan menuju dusun rusak parah dengan kubangan lumpur sejauh sekitar 50 kilometer. Untuk menyeberang dari satu kampung ke kampung lain yang dipisahkan sungai, warga menggunakan rakit dari bambu. Tidak ada jembatan.

Penderitaan warga makin lengkap karena layanan listrik belum masuk ke desa itu. Saat malam, dusun dibekap oleh gelap. Warga hanya bisa berada di rumah menunggu pagi.

Kondisi seperti itulah yang dilihat Mesakh pada tahun 1995 ketika dirinya pertama kali datang ke dusun tersebut untuk kegiatan rohani. Ia prihatin. Namun, ia belum bisa berbuat apa-apa. Ia hanya berpikir air terjun setinggi 12 meter yang ada di tengah dusun sebenarnya bisa dimanfaatkan untuk menghasilkan listrik berdaya 10.000 watt.

”Saya berkata kepada orang-orang kampung, air terjun ini bisa menjadi listrik yang menerangi kampung. Warga heran, bagaimana air bisa dijadikan listrik,” ujar Mesakh saat ditemui di Dusun Kuningan, Sabtu (18/6).

Tidak lama berada di dusun itu, Mesakh kembali ke Pontianak. Ternyata, saat Mesakh pergi, warga dusun tersebut memikirkan secara serius soal kemungkinan air terjun itu bisa dijadikan listrik. Mereka menggelar rapat membahas gagasan itu karena mereka ingin sekali mendapatkan listrik seperti warga Indonesia di pulau lain.

Empat tahun kemudian, tepatnya 1999, Mesakh kembali ke dusun tersebut, juga untuk kegiatan pembinaan rohani. Kepada Mesakh, warga menyampaikan keinginannya untuk memiliki listrik mandiri. Melihat keseriusan warga, Mesakh pun merespons secara serius.

Menyiapkan SDM


 Pada 2010, Mesakh yang belajar mengenai mesin saat bersekolah di Sekolah Teknik Menengah Negeri 1, Pontianak, memutuskan datang lagi ke Dusun Kuningan. Ia mengajukan beberapa syarat kepada warga untuk mewujudkan pembangkit listrik tenaga air (PLTA) di dusun itu.

KOMPAS/EMANUEL EDI SAPUTRA Mesakh Amen
”Saya minta mereka bergotong royong. Kemudian, harus ada yang mau belajar mengenai listrik dan elektronika agar mereka bisa merawat PLTA saat sudah dibangun,” tuturnya.

Ada tiga orang dari dusun itu yang datang ke Pontianak untuk mempelajari dasar-dasar pemeliharaan mesin. ”Saya dengan sabar mendidik mereka selama dua minggu karena mereka hanya tamat SD,” kata Mesakh.

Awal 2012, mereka mulai membangun PLTA yang nilainya Rp 180 juta. Untuk menutupi biaya itu, warga iuran Rp 1 juta per keluarga. ”Saya juga mengusahakan dana dengan meminta bantuan teman-teman di kota yang ekonominya mampu. Akhirnya, dana terkumpul,” ungkap Mesakh.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com