Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Seorang Gadis di Surabaya Dicabuli Ayah Angkatnya

Kompas.com - 16/05/2016, 19:59 WIB
Achmad Faizal

Penulis

SURABAYA, KOMPAS.com - Dihantar ibu, kerabat, dan kuasa hukumnya, seorang remaja putri berusia 15 tahun mengadu ke Satreskrim Polrestabes Surabaya, Senin (16/5/2016).

UH, gadis putus sekolah tersebut meminta polisi menahan ayah angkatnya yang telah berbuat asusila kepadanya. Ayah angkat yang dimaksud adalah YA, warga Jalan Tales Langgar, Kecamatan Wonokromo, Surabaya.

"Saya dengar kasusnya sedang diproses, tapi kok masih kelihatan di luar, saya minta dia ditahan," katanya sambil membenarkan posisi penutup wajah yang dikenakannya.

Kasus yang menimpanya diproses Polrestabes Surabaya sejak 2015 lalu. Namun berkas kasusnya ditolak hingga empat kali oleh Kejari Surabaya, karena belum lengkap. Di tengah proses tersebut, masa penahanan terhadap pelaku habis. 

"Sempat ada kesulitan dalam hal pembuktian yang disertakan di berkas perkara. Tapi informasi yang kami dapat, baru April kemarin, kasusnya sudah dinyatakan lengkap (P21) oleh Kejari," kata Wakasatreskrim Polrestabes Surabaya, Kompol Manang Soebeti, yang menerima kedatangan korban dan rombongannya.

Korban sendiri mengaku sangat trauma atas perlakuan asusila kepada dirinya. Perlakuan asusila yang diterima UH sejak dia duduk dikelas 4 hingga kelas 6 sekolah dasar.

Dia mengaku juga kerap menerima perlakuan kasar dari pelaku seperti ditendang dan dipukul jika menolak melayani pelaku.

"Pokoknya saya berdarah-darah jika sampai menolak," terangnya.

UH bahkan tidak melanjutkan sekolahnya karena malu setelah mendapatkan perlakuan asusila dari ayah tirinya.

Korban adalah anak bungsu dari enam bersaudara dari keluarga miskin. UH diadopsi oleh pelaku sejak empat tahun terakhir, karena orangtuanya bekerja di luar negeri sebagai TKI.

Sunarno Edi Wibowo, kuasa hukum keluarga UH, meminta polisi segera menahan pelaku, karena jika tidak, dikhawatirkan pelaku akan melarikan diri.

"Keluarga meminta agar pelaku ditahan secepatnya, karena khawatir melarikan diri. Sementara korban sangat trauma jika melihat pelaku," jelasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com