Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jutaan Ikan Mati di Mimika, Freeport Sebut Itu karena Faktor Alamiah

Kompas.com - 19/04/2016, 23:11 WIB
Laksono Hari Wiwoho

Penulis

Sumber Antara

TIMIKA, KOMPAS.com — PT Freeport Indonesia menyatakan bahwa kematian jutaan ikan di kawasan Pelabuhan Amamapare, Kabupaten Mimika, Papua, belum lama ini terjadi akibat fenomena alam. Freeport membantah informasi bahwa kematian ikan itu akibat limbah tailing mereka.

"Yang jelas, itu fenomena alam. Setiap tahun terjadi hal seperti itu. Hanya saja kebetulan, kali ini lokasi ikan yang mati itu dekat dengan area pengendapan tailing," kata Executive Vice President PT Freeport Sustainable Development Sonny ES Prasetyo di Timika seperti dikutip Antara Papua, Senin (18/4/2016).

Sonny mengatakan, Pemkab Mimika sedang berupaya mencari data yang akurat melalui pemeriksaan laboratorium terhadap sampel ikan yang mati.

"Kita tunggu saja hasilnya. Yang jelas, ini karena faktor alamiah. Ikan yang mati itu merupakan ikan migran mengikuti arus dan ketersediaan plankton makanan sehingga masuk ke perairan yang lebih dangkal. Ikan-ikan yang mati itu bukan ikan lokal," kata Sonny.

Ia menyebutkan, berdasarkan kajian yang dilakukan Departemen Lingkungan Hidup PT Freeport, ikan yang mati itu merupakan jenis ikan sarden. Ikan-ikan tersebut bermigrasi dari laut dan mengikuti arus. Menurut dia, ikan-ikan tersebut biasanya hidup sekitar 100 meter di bawah permukaan laut.

Pada Jumat (15/4/2016), Wakil Bupati Mimika Yohanis Bassang bersama sejumlah anggota DPRD setempat melakukan inspeksi mendadak ke kawasan pengendapan tailing Freeport di Tanggul Barat, lokasi jutaan ikan mati tersebut.

Dalam kegiatan sidak itu, tim Pemkab Mimika dan Departemen Lingkungan Hidup PT Freeport mengambil sejumlah sampel ikan yang mati untuk diteliti di laboratorium.

Yohanis mengatakan, menurut dugaan sementara, kematian massal ikan tersebut terjadi karena migrasi dari laut dalam ke perairan dangkal.

"Kami masih menunggu hasil uji laboratoriumnya seperti apa. Sampel ikan dan air sungai dari lokasi itu sudah diambil untuk diteliti," kata Bassang.

Bassang meminta Freeport tidak menutup-nutupi soal berbagai kandungan kimiawi pasir sisa tambang alias tailing yang bisa membahayakan kesehatan masyarakat setempat.

"Kalau memang ikan-ikan ini mati akibat limbah Freeport, perusahaan harus terbuka kepada masyarakat, jangan tutup-tutupi," ujar Bassang.

Sebelumnya, Wakil Ketua I Lemasko Georgorius Okoare menuntut PT Freeport bertanggung jawab atas kematian massal berbagai jenis ikan dan biota sungai lainnya di sungai-sungai sepanjang ujung tanggul barat hingga dok kargo Pelabuhan Amamapare, Kabupaten Mimika.

"Kami merasa bahwa Freeport sedang berupaya membunuh masyarakat Suku Kamoro yang ada di sekitar area konsesinya. Ini ada apa? Masa di sungai-sungai lain di wilayah barat dan timur Mimika tidak ada ikan-ikan yang mengapung dan mati, tetapi hanya terjadi di sungai-sungai ujung area pengendapan tailing Freeport," kata Georgorius.

Ia menduga bahwa kematian jutaan ikan ini akibat limbah beracun. Ia menampik alasan perubahan iklim atau keterbatasan jumlah plankton sebagai penyebab kematian itu. "Pertanyaannya, mengapa di sungai-sungai lain tidak ada kejadian seperti ini," kata Georgorius.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com