Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jasad TKW Penuh Jahitan, Keluarga Mengadu ke Bupati

Kompas.com - 18/04/2016, 18:29 WIB
Sigiranus Marutho Bere

Penulis

KEFAMENANU, KOMPAS.com - Sejumlah anggota keluarga Dolfina Abuk (30), tenaga kerja wanita yang meninggal dunia di Malaysia, mengadu ke Bupati Timor Tengah Utara Raymundus Sau Fernandes.

Keluarga Dolfina tidak dapat menerima karena jasad perempuan asal Desa Kotafoun, Kecamatan Biboki Anleu, itu dikirim ke rumahnya dengan kondisi penuh dengan jahitan.

Keluarga korban, yang didampingi Direktur Perkumpulan Lembaga Bantuan Hukum (PLBH) Timor Magnus Kobesi dan pengurus Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) Cabang Kefamenanu, bertemu dengan Raymundus di ruangan rapat kantor Bupati TTU, Nusa Tenggara Timur, Senin (18/4/2016).

Dalam pertemuan itu, juru bicara keluarga Dolfina, Dominikus Fahik, mengharapkan dukungan pemerintah daerah untuk membantu memberikan pendampingan terhadap kasus tersebut, karena sudah masuk skala internasional.

"Kita dari keluarga besar mau serahkan masalah ini kepada pemerintah daerah supaya pemerintah yang menindaklanjuti masalah ini karena kami dari keluarga tidak mampu lantaran ini adalah masalah internasional. Kami berharap Bapak Bupati bisa membantu kami," kata Dominikus.

Magnus Kobesi mengatakan, ada sejumlah kejanggalan dalam kasus tersebut. Menurut dia, satu bulan sebelum meninggal, Dolfina sempat menelepon ibunya.

"Saat menelepon ibunya, terdengar suara Dolfina sepertinya dalam tekanan seseorang dan Dolfina tidak pernah mengeluh sakit. Tapi setelah satu bulan kemudian, Dolfina dikabarkan telah meninggal tanpa sebab," kata Magnus.

Ia mengatakan, Adolfina Abuk tinggal hingga meninggal di rumah Lee Kim Seng di Jalan Dato Abdul Hamid, Taman Sentosa 41200, Klang Daerah Klang Selatan-Selangsor, Malaysia.

Jasad Adolfina kemudian diantar oleh Dori (warga negara Indonesia). Hasil pemeriksaan laboratorium investigasi menyebutkan bahwa sebab kematian korban masih kabur.

Namun, dalam laporan Lee Kim Seng ke polisi Malaysia pada 7 April 2016 saat memanggil Adolfina di kamar, tetapi tidak ada jawaban dan saat memeriksa kamar, ternyata Adolfina telah meninggal dunia.

"Ini ada kontradiksi dan perlu diselidiki oleh kepolisian Malaysia dan konsulat RI harus mengawal ini. Lee Kim Seng harus bertanggungjawab mengapa lidah Adolfina tidak ada,mengapa ada jahitan di tubuh korban dan mengapa pada 29 Maret 2016 telah lapor Polisi Malaysia dan dokumen kematian meninggal tanggal 7 April 2016," kata Magnus.

Terhadap permintaan keluarga tersebut, Bupati TTU Raymundus Sau Fernandes meminta keluarga korban membuat surat penyerahan kasus kematian Dofina Abuk kepada Pemda TTU. Dengan begitu, Pemda TTU akan menindaklanjuti kasus ini ke tingkat provinsi, pusat, bahkan Kedutaan Besar RI di Malaysia.

"Sesudah ini, kita akan lapor polisi dan besok kita akan undang semua muspida untuk kita rapat khusus membahas ini. Kita juga akan membentuk tim dari sejumlah stake holders untuk menyelesaikan ini dan saya akan keluarkan SK Bupati. Kita tidak boleh berjalan sendiri-sendiri karena kita punya tujuann yang sama untuk membongkar mafia perdagangan manusia khususnya di TTU," kata Raymundus.

Setelah berdialog, pihak keluarga yang diwakili ayah korban, Mikhael Berek dan paman korban, Dolfina Petrus Mauk, kepada Raymundus.

Dalam berita sebelumnya, keluarga Dolfina tidak terima karena kondisi jenazah korban tidak wajar. Keluarga besar Dolfina ingin mengusut tuntas kasusnya itu.

Setelah jenazah tiba di rumah duka, keluarga sepakat untuk membuka peti jenazah dan memeriksa jasad Dolfina yang saat itu memakai baju kaos putih dan mengenakan kemeja warna merah muda. Ketika jasadnya diperiksa, keluarganya kaget karena sekujur tubuh penuh jahitan.

(Baca Kondisi Jenazah Dolfina Penuh Jahitan, Keluarga Tidak Terima)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com