Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nenek Sakit-sakitan, 4 Bocah Yatim Piatu Ini Jualan Sayur Keliling Kampung

Kompas.com - 01/04/2016, 09:13 WIB
Junaedi

Penulis

POLEWALI MANDAR,KOMPAS.com -  Anak-anak layaknya mengisi hidupnya dengan belajar dan bermain. Namun empat bocah yatim piatu di Polewali Mandar, Sulawesi Barat ini justru harus berjuang hidup mencari nafkah bersama neneknya yang sudah renta.

Mereka adalah  Julia (13), Ardilla (11), Hapis (6), dan Beby (5) hidup yang dengan neneknya Salamiah (75) dan kakaknya Jelma (15), di Dusun Kanang, Desa Batetangga, Kecamatan Binuang.

Keempat bocah ini berjualan sayur keliling kampung menggunakan gerobak dorong hingga berkilo-kilometer. 

Meski hidup tak berkecukupan, namun kelima bocah ini berusaha tetap bersemangat menjalani hidup.

Hari masih gelap, mereka sudah harus bangun subuh untuk memetik sayur mayur di kebun nenek dan tetangganya. Sebelum sayur mayur ini dijajakan, kelima bocah ini bergotong royong mengemasi sayur-mayur seperti daun singkong, bayam, kacang panjang, jagung, dan sayur mayur lainnya.

Kelima bocah yatim piatu ini berbagi peran, Julia dan Ardilla, memetik sayur,  Hapis dan Beby bertugas mengurus urusan rumah tangga seperti mencuci piring. Sedangkan kakak tertuanya, Jelma  bekerja di luar kota sehingga harus  berpisah dengan nenek dan adik-adiknya.

“Saya bangun subuh dengan kakak berjualan sayur sebelum berangkat ke sekolah, adik saya biasanya cuci piring,” ujar Ardila.

Sang nenek, Salamiah susah tidak mampu lagi bekerja keras. Salamiah bahkan kerap sakit-sakitan.

Saat sayur mayur yang telah dipetik sudah siap dijual, Julia dan Ardila mulai mendorong gerobak keliling kampung untuk menawarkan jualannya. Tak jarang bocah ini harus mendorong gerobak dengan tenaga ekstra terutama saat menghadapi jalan tanjakan.

Mereka berjualan keliling kampung sejak subuh hingga sebelum berangkat sekolah. Aktivitas serupa juga dilakukan mereka saat pulang sekolah sore hari atau saat libur sekolah. 

Saat libur akhir pekan atau liburan panjang, dari subuh mereka sudah berangkat ke pasar kampung. Mereka bergantian mendorong gerobak dari rumah hingga pasar.

Meski pendapatan bocah ini setiap hari tak lebih dari Rp 20.000 setelah bagi dengan pemilik sayur yang dijual sang bocah, namun bocah ini tampak tetap bersemangat menjalani hidupnya.

Kedua orang tua mereka meninggal dunia sekitar 4 tahun lalu. Sang ayah meninggal dalam kecelakaan kerja di Kuala Lumpur, sedangkan ibunya meninggal lebih dahulu karen jatuh sakit. Sejak saat itu kelima bocah malang ini terpaksa hidup bersama neneknya yang sudah renta.

Salamiah mengaku kerap mencemaskan kehidupan dan masa depan kelima cucunya. Selain karena masih kecil, Salamiah sendiri yang sudah uzur mulai sakit-sakitan dan tak lagi mampu bekerja keras.

“Saya sudha tidak kuat dan sering sakit-sakitan. Saya kadang cemas memikirkan masa depan cucu saya sejak kedua orang tuanya enniggal beberapa tahun lalu,” ujar dia.

Banyak warga mengaku iba dan menaruh hormat terhadap mereka. Bocah-bocah ini berjuang hidup mandiri dan tidak mengemis di jalanan atau mengharap belas kasihan orang lain.

Marhuma, warga yang juga pelanggan sayuran bocah ini mengaku salut dengan Ardilla dan adik-adiknya untuk tetap bersemangat hidup meski dalam kondisi yang serba terbatas.

Menurut Marhuma, Ardilla dan Julia beberapa kali ditemukan warga jatuh pingsan di jalanan lantaran kelaparan.

“Kasihan, pernah digotong warga karena jatuh pingsan di jalanan karena kelaparan. Kondisi kesehatannya pulih setelah diberi makanan oleh warga,” ucapnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com