Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Siyem dan Cerita Lengan yang Lumpuh karena Konflik Aceh

Kompas.com - 29/03/2016, 11:59 WIB

Tim Redaksi

BIREUEN, KOMPAS.com — Namanya Siyem. Usianya ditaksir lebih dari 70 tahun. Siyem mengaku tak pernah tahu tanggal, bulan, dan tahun kelahirannya.

Kendati renta, ingatan Siyem masih terang, terutama tentang derita konflik yang merenggut lengan kanannya yang kini lumpuh total.

Kepada Kompas.com, Selasa (29/3/2016), Siyem yang kini menjadi salah satu penghuni Panti Jompo Belai Kasih Tresna Werdha Kabupaten Bireuen, tersebut mengisahkan konflik Aceh yang dilaluinya. Dia mengaku dihantui ketakutan berlebihan akan baku tembak dan sweeping yang kerap terjadi saat itu.

Setiap ada suara tembakan, dia berlarian tak menentu arah yang kerap membuatnya terjatuh.

"Sering jatuh itu membuat tangan kanan saya ini sakit, tetapi saat itu tak terpikir untuk kusuk (pijat) atau menaruh obat," ungkap ibu yang mengaku memiliki empat anak dan dulu menetap di Takengon, Kabupaten Aceh Tengah, ini.

Namun, ternyata, sakit yang ditahannya itu menimbulkan dampak fatal baginya. Lengan kanannya nyaris tak bisa lagi digerakkan. Begitu pula kakinya yang kian melemah. Dia lalu melangkah dengan bertumpu pada sebilah kayu yang dipegang tangan kirinya itu. Apa pun yang dilakukannya senantiasa lamban dan sukar.

"Paling susah ya mengambil air untuk kebutuhan mandi, buang air, bahkan wudhu," ungkapnya.

Siyem hanya diam seribu bahasa tak mau mengungkap bagaimana dia bisa ada di Panti Jompo Belai Kasih.

Dia hanya menuturkan bahwa selama dua tahun berada di panti, banyak pengalaman dan saudara baru yang bisa ditemuinya.

Dia bersukacita karena bersama mereka bisa melepas kerinduannya terhadap sanak keluarga yang nun jauh di sana.

Namun, ketika ditanya di mana keempat anaknya berada, Siyem lagi-lagi menggeleng.

"Kalau ditanya di mana saya juga kurang tahu, tetapi saya berharap semua sehat-sehat saja," ungkapnya.

Untuk makan dan kebutuhan lain, Siyem mengaku tidak mendapat kesulitan berarti karena perhatian yang diberikan dari petugas panti sudah sangat memadai. Dia hanya berharap fasilitas air di panti bisa terpenuhi setiap saat bagi dirinya dari puluhan penghuni panti lain yang seumuran dengannya.

"Kami sudah cukup tua untuk menjangkau keran air yang sedikit jauh tersebut. Saya cuma berharap keran itu diperbaiki dan terairi dengan baik," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com