Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Demi Air Bersih, Warga Polewali Rela Dorong Gerobak Lintasi Perbukitan

Kompas.com - 20/09/2015, 12:49 WIB
Kontributor Polewali, Junaedi

Penulis

POLEWALI MANDAR, KOMPAS.com - Kekeringan yang terjadi di Polewali Mandar, Sulawesi Barat, sejak lebih dari tiga bulan terakhir menyebabkan sumber-sumber mata air seperti sungai dan sumur warga kering kerontang. Karena kesulitan mendapatkan pasokan air bersih, warga kini hanya mengandalkan sumur tua sebagai sumber satu-satunya kebutuhan air bersih untuk minum dan memasak, juga untuk mandi dan mencuci pakaian.

Warga pun rela melintasi perbukitan yang terjal dan sungai yang membentang. Salah satunya dilakukan oleh Sappeami (47), warga desa Mammi, Polewali Mandar.

Waktu baru menujukkan pukul 05.30 Wita, namun Sappeami sudah bergegas mengumpulkan jeringan kosong berkapasitas 5 liter ke atas gerobak dorong miliknya. Sappeami memilih lebih cepat bersiaga karena tak ingin mengantre lebih lama dengan warga lain yang juga berburu air bersih.

Berbekal sandal jepit dan pakaian tidur yang masih melekat di badan, perempuan itu bergegas mendorong gerobaknya ke sebuah sumur tua berjarak sekitar setengah kilometer dari rumahnya. Rumah Sappeami relatif lebih dekat dari sumur tua yang menjadi sumber mata air satu-satunya warga di desa ini jika dibandingkan warga lainnya.

Bisa dibayangkan bagaimana repotnya ibu lima nak ini mendorong gerobak berisi puluhan jerigen dari lokasi sumur hingga mencapai rumahnya. Sappeami butuh tenaga ekstra.

Sebelumnya, Sappeami mengambil air bersih dengan cara menjinjing dua jerigen, tapi cara ini dinilai melelahan dan boros tenaga. Dia tak sanggup jika harus terus menerus bolak balik mengantre di sumur tua, dan hanya bisa membawa dua jerigen.

Karena itulah Sappeami memilih menggunakan gerobak dorong. Cara ini memang membutuhkan tenaga lebih besar, tapi Sappeami mengaku lebih untung karena bisa menghemat waktu.

“Pakai gerobak kan sekali jalan bisa dapat air lebih banyak. Sementara dijinjing hanya dapat dua liter, itu pun harus bolak baik antre untuk kembali bawa dua jerigen air lagi. Boros tenaga dan waktu lebih banyak, makanya kita pakai gerobak,” ujar Sappeami.

Tak jauh berbeda dengan Sapppeami, Hasmia, warga desa Mammi lainnya sejak subuh hari ia sudah mulai berburu air bersih di sumur tua ini. Hasmia sengaja lebih pagi mendaangi sumur ini agar ia bisa menyelesaikan banyak pekerjaan rumah tangga, seperti mencuci dan memasak.

Jika kesiangan, maka sumur itu sudah dipadati warga. Mulai dari warga yang mandi, mencuci pakaian, hingga mereka yang mengisi wadah penampungan air, berderet mengantre di sumur tua. Hasmia pun mengaku sering antre hingga berjam-jam sebelum dapat giliran akibat kesiangan.

“Cuma sumur ini satu-satunya sumber air warga. Makanya harus antre berjam-jam. Warga bahkan berburu air malam hari hingga subuh jika kebetulan bersamaan banyak warga yang datang,” ujar Hasmia.

Warga yang tak ingin berpanas-panasan di siang hari memang memilih berburu air besih di malam hari. Tetap tak mudah, tentu, sebab warga kerap harus ronda malam hingga bisa mendapatkan giliran. Karena itu warga berharap musim kering segera berlalu dan air bisa didapatkan dengan mudah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com