Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ulah 6 Penyadap Karet Berburu Murai di Kawasan TNGL Berakhir di Bui

Kompas.com - 24/08/2015, 10:21 WIB
Kontributor Medan, Mei Leandha

Penulis

MEDAN, KOMPAS.com - Dengan alasan harga karet yang terus melorot, enam penyadap karet lalu mencari penghasilan tambahan dengan berburu burung di kawasan Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL).

Namun, belum lama menjalani usaha sampingan ini, keenamnya ditangkap Polisi Kehutanan Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuser (Polhut BBTNGL). Keenam orang yang adalah warga Kabupaten Langkat, Sumatera Utara itu menjalani pemeriksaan lebih lanjut di Kantor BBTNGL di Jalan Selamat, Medan, Senin (24/8/2015).

Kepala BBTNGL Andy Basrul mengatakan, enam orang tersebut terbagi dalam dua kelompok yang ditangkap di lokasi tak jauh dari Kawasan TNGL, tepatnya di Desa Tegapan, Kabupaten Langkat.

Pelaku berinisial SH, SU, dan MR, warga Desa Batu Katak, Kecamatan Bahorok, Langkat, dengan barang bukti sembilan burung murai (lima ekor sudah dilepaskan di lokasi), 19 ekor ikan jurung yang sudah diasapi, alat pikat, alat masak dan bekal, serta perlengkapan lainnya yang diperkirakan untuk keperluan seminggu.

Tiga lainnya, yakni NA, Y, dan W, warga Ujung Bandar, Kecamatan Salapian, Langkat. dengan barang bukti 16 ekor burung murai, alat pikat, tiga unit handphone, jaring dan alat masak. "Mereka ditangkap Jumat sore kemarin. Sekarang masih dalam pemeriksaan Pegawai Negeri Sipil kita. Ada tiga jenis burung yang tangkap, yakni murai daun, murai ranting dan murai mini," kata Andy.

Atas perbuatannya, para pelaku dikenakan Pasal 50 Ayat 3 huruf m Undang-undang RI Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan Jo Pasal 33 Undang-undang Nomor 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistemnya.

Salah satu pelaku, MR mengaku sudah tiga kali menangkap burung. Pertama dapat dua ekor, kedua enam ekor, dan yang terakhir 10 ekor dengan dua ekor di antaranya mati. Burung-burung tersebut dijualnya dengan harga antara Rp 32.000 hingga Rp 40.000 per ekor.

"Ini mau dipelihara. Kalau ada yang datang, mau piara juga, ya beli. Siapa aja yang beli, tak kenal-kenal aku. Soalnya mereka kan datang, nanya ada burung, kalau ada terus dibelinya," kata MR.

Dia beralasan, menangkap burung untuk menambah pemasukan karena pendapatannya dari getah karet tidak mencukupi. Setiap hari dia menderes getah karet di lahan seluas satu hektar miliknya. Tapi, hasilnya tak banyak, dalam seminggu sekitar 50 kilogram dan harganya murah.

"Terakhir kemarin Rp 5.800 per kilogram. Cari burung-lah, untuk tambah-tambahan," ucap dia pelan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com