Ribuan warga Kabupaten Pinrang mengantar kepergian Adi dengan berjalan kaki sambil mengungkapkan kekesalan kepada polisi pelaku penganiayaan itu (baca juga: Gara-gara Bersin, Seorang Polisi Bunuh Warga di Pinrang). Warga mengantar jenazah sambil membentangkan spanduk dari kayu yang bertuliskan “Polisi Rakyat”.
“Papan yang ditulis 'Polisi Rakyat' dimaksudkan agar polisi bertindak tegas dalam peristiwa penikaman yang dilakukan oleh oknum polisi Polres Pinrang. Papan itu adalah potongan dari papan penutup jenazah korban Adi Wijaya,“ kata Irman, warga Pinrang.
Tak bisa menahan duka, sejumlah keluarga menangis di depan kuburan Adi. Istri korban, Masriani, terus menangis, mulai dari shalat di Masjid Al-Huda hingga sang suami dimakamkan.
“Kami harap polisi bisa menindak anggotanya yang menikam suami saya. Siapa lagi yang menafkahi saya dan ketiga anak saya,“ ungkap Masriani sambil memegang pusara sang suami.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.