Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pilkada Karawang, Demokrat Pilih Saan Mustopa atau Cellica?

Kompas.com - 25/07/2015, 13:16 WIB
Sabrina Asril

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com
- Ketua Dewan Kehormatan Partai Demokrat Amir Syamsuddin mengaku bahwa partainya belum merampungkan daftar pasangan calon kepala daerah yang akan diusung pada pilkada serentak 2015.

Dari sejumlah wilayah yang belum ditetapkan, salah satu di antaranya adalah calon bupati dan wakil bupati Karawang. (baca: Jelang Pendaftaran Pilkada, Demokrat Belum Rampungkan Daftar Calon)

Namun, dua politisi Partai Demokrat ingin maju dalam Pilkada Karawang, yakni Saan Mustopa dan Cellica Nurrachadiana.

Meski belum mendapat rekomendasi Demokrat, Saan sudah memutuskan maju sebagai calon bupati Karawang bersama pasangannya, Iman Sumantri. Pasangan itu sudah mengantongi dukungan dari tiga partai politik lain, yakni Partai Nasdem, Partai Golkar, dan Partai Gerindra. (baca: Tanpa Restu SBY, Saan Mustopa Maju di Pilkada Karawang)

Lalu, bagaimana keputusan Demokrat?

"Itu belum, ya. Sore ini baru akan diputuskan siapa yang akan kami usung," kata Amir saat dihubungi, Sabtu (25/7/2015).

dokumen Tamansari Mahogany Pelaksana Tugas Bupati Karawang, Cellica Nurachadiana.


Saan kini menjabat sebagai Wakil Sekretaris Jenderal Partai Demokrat. Dia dikenal sebagai orang dekat mantan Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum, yang belakangan berseberangan dengan Susilo Bambang Yudhoyono. (baca: Ingin Jadi Bupati Karawang, Saan Mustopa Siap Mundur sebagai Anggota DPR)

Sementara Cellica kini menjadi Pelaksana Tugas Bupati Karawang. Pada kepengurusan Partai Demokrat 2015-2020, Cellica juga masuk dalam struktur kepengurusan DPP partai pimpinan SBY itu.

"Nanti akan ada pertimbangan dari DPP. Saya belum bisa katakan, karena ada nama Cellica juga kan," ucap Amir.

Amir menganggap langkah Saan yang sudah terlebih dulu mendeklarasikan diri sebagai calon bupati Karawang adalah hak pribadi yang tak bisa dihalangi. 

Saat ditanyakan, apakah ada sanksi atas sikap Saan itu, Amir enggan berkomentar.

"Itu hak pribadi kalau memang tak bisa maju dengan Demokrat. Tapi kami akan melihat nantinya, kami akan kaji dulu," kata mantan Menteri Hukum dan HAM itu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com