Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mbok Sirah, Hidup Miskin Sambil Merawat 3 Adik yang Sakit Jiwa

Kompas.com - 23/02/2015, 11:40 WIB
Glori K. Wadrianto

Editor

MADIUN, KOMPAS.com — Mbok Sirah, warga Desa Purworejo, Kecamatan Geger, Kabupaten Madiun, seperti tak pernah mengeluh dan meratapi nasibnya. Padahal, perempuan berusia 61 tahun ini hidup di bawah garis kemiskinan dan harus merawat tiga adiknya yang sakit jiwa.

Ketiga adiknya itu adalah Rusdi yang kini tangan kirinya harus dirantai dan dipasung di ruang tengah di rumah warisan orangtua mereka. Sementara itu, kedua adiknya yang lain adalah Satun dan Simah. Keduanya sama-sama mengalami gangguan jiwa, tetapi masih bisa bebas bepergian keluar rumah.

"Rusdi dipasung karena sering marah dan mengamuk. Kalau tak dipasung, kami takut ia marah dan merusak rumah orang lain. Kalau begitu, siapa yang mengganti kerusakannya?" kata Mbok Sirah dalam bahasa Jawa, Minggu (22/2/2015) kemarin.

Mbok Sirah menguraikan, sepeninggal kedua orangtuanya, ketiga adiknya mengalami gangguan kejiwaan secara bergiliran. Menurut dia, Rusdi mengalami gangguan kejiwaan seusai bekerja sebagai buruh jaga rumah tetangga dan memberi makan ternak majikannya. "Saya tak tahu sebabnya kenapa adik saya sampai bisa seperti itu," imbuhnya.

Sementara itu, Satun dan Simah sudah mengalami gangguan kejiwaan sejak sekitar 15 tahun lalu pasca-bekerja sebagai pekerja rumah tangga (PRT) di Kuala Tungkal, Riau. Kedua adik perempuannya itu sama-sama tak memiliki suami. Namun, kata Mbok Sirah, hanya Satun yang pernah menikah. "Tetapi, sejak pulang dan sakit itu, akhirnya Satun pun menjanda," ungkap dia.

Tak kerja

Mbok Sirah mengaku sudah tak bekerja serabutan lagi. Para pemilik sawah tidak lagi bisa mau memanfaatkan tenaganya. "Sudah bertahun-tahun saya tak bekerja karena tak ada yang mau memanfaatkan tenaga saya," kata dia.

Itu sebabnya, saat Mbok Sirah memberikan makan untuk ketiga adiknya, dia tak pernah memikirkan makanan sehat dan asupan yang bergizi. "Ya makan seadanya, wong ini ada dua kambing titipan orang kemarin melahirkan hendak saya jual karena sudah tak ada sisa makanan di rumah," ucap dia.

Kini, Mbok Sirah mengaku sudah banyak berutang di sejumlah toko kelontong dan warung di sekitar rumahnya itu. "Lha tidak punya uang lagi. Kalau tak bisa melunasi utang, nanti malah tak bisa utang lagi. Makan untuk ketiga adik saya dari mana?" urai dia.

Selama ini, Mbok Sirah mengaku tidak pernah mengobati ketiga adiknya karena sama sekali tak mempunyai biaya. "Kendalanya ya biaya. Kalau diobatkan, apa ada yang gratis? Paling disuntikkan ke Pak Mantri," paparnya.

Mbok Sirah juga mengaku hanya sekali mendapatkan uang kompensasi kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), Rp 400.000, sedangkan yang rutin ia dapatkan adalah beras untuk rakyat miskin (raskin) yang dibelinya Rp 50.000 per bulan. "Kalau kurang, ya dicampur sayuran, mencari di sawah atau pemberian orang," kata dia lirih.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com