“Saya baru saja dari Terminal Sungai Kunjang, menuju kantor Mahakam Square. Jaraknya hanya 500 meter, tapi saya disuruh bayar Rp 7 ribu,” kata Iswahyudi, salah satu warga Samarinda.
Tidak hanya itu, sopir angkot di Samarinda pun bisa meminta bayaran dua kali lipat, jika rute perjalanan lebih dari 4 kilometer.
“Malah ada yang sengaja mengajak penumpangnya berkeliling-keliling. Kalau lama di jalan, nanti sopirnya ngomel lalu penumpang disuruh bayar dua kali lipat,” imbuhnya.
Hal senada juga dikeluhkan oleh Rumiyem, seorang ibu rumah tangga. Setiap pagi, dia harus ke pasar tradisional di Pasar Segiri. Untuk membawa barang belanjaannya pulang, kadang Rumiyem harus membayar Rp 20.000. Padahal jarak rumahnya terbilang dekat dari Pasar Segiri, yakni di Jalan M Yami Samarinda.
“Jaraknya deket kok, dari Segiri ke M Yamin. Bawaan saya biasanya tiga plastik besar sayur-mayur, sama supir angkotnya dibilang carter. Tapi tetap saja, dia masih mengambil penumpang di mana-mana dan berputar-putar,” ungkapnya.
Sementara itu, Said, seorang sopir angkot A warna hijau mengatakan bahwa selagi belum ada keputusan tarif angkot, pihaknya masih boleh memasang tarif sesukanya.
“Ya mau bensin turun, tapi kan pemerintah belum ada keputusan. Jalanan Samarinda ini macet, mau dekat mau jauh tetap menghabiskan bensin kalau lagi macet,” ungkapnya.
Bahkan dia membenarkan bahwa pihaknya enggan menurunkan tarif.
“Siapa yang mau turunin tarif? Kalau sudah naik pasti susah turunnya,” tambahnya kemudian.
Hingga berita ini diturunkan, pihak Organda maupun Pemerintah Kota Samarinda belum bisa dikonfirmasi tariff angkutan kota yang tak kunjung turun ini.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.