Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bocah SD Main "Unicycle", Kuncinya Itu Niat dan Tak Takut Jatuh

Kompas.com - 14/01/2015, 13:32 WIB
Kontributor Semarang, Nazar Nurdin

Penulis

SEMARANG, KOMPAS.com – Bermain dengan sepeda roda dua tentu jadi sesuatu hal biasa. Apalagi sepeda itu dipakai anak-anak untuk bermain. Tapi, mungkinkah anak mudah bermain sepeda hanya dengan satu roda atau unicycle?

Ya, anak-anak di Sekolah Dasar 01 Kelurahan Ngadirgo, Kecamatan Mijen, Kota Semarang memainkan sepeda itu. Mereka asyik bermain dengan sepeda roda satu. Mereka tidak saja mampu bermain, bahkan mampu beratraksi laiknya pemain akrobatik dalam sirkus.

Sepeda unicycle itu relatif terlihat tinggi ketika bermain. Ada beberapa jenis sepeda yang dimainkan, dengan spesifikasi dan ukuran tertentu. Ada yang tingginya satu meter, hingga dua meter.

Meski tingginya melebihi ukuran badan si pemain, anak-anak di SD tersebut tidak pernah takut ketika menaiki sepeda itu. Reza Alif Maulana, misalnya. Bocah yang masih duduk di bangku kelas empat itu teratur memainkan kakinya. Dua kakinya sibuk menginjak pedal. Sepedapun berjalan sebagaimana biasa.

Jika tidak pernah mencoba, pasti anda akan terjatuh ketika menggunakan sepeda itu. Begitu juga dengan tiga orang rekannya, Isa Malik, Aditya Rizki yang masih kelas tiga SD, dan Eka Cahya kelas empat SD. Anak-anak itu pun lihai memainkan irama bersepeda.

Sesekali, mereka membalikkan ayunan ke arah sebaliknya. Ya, hal itu untuk mengurangi kecepatan sepeda, karena memang sepeda seperti itu tidak memakai rem.

Melihat potensi yang begitu besar, pihak sekolah lantas memanfaatkan hal itu. Maka sejak tahun 1980-an, aktivitas anak-anak bermain itu mulai dimasukkan dalam kegiatan ekstra kurikuler sekolah, yang berlangsung hingga kini.

“Enggak takut. Dulu pas awal latihan jatuh. Tapi sekarang sudah tidak,” kata Reza, saat disambagi di sekolahannya, Rabu (14/1/2015). “Kalau jatuh, biasanya yang luka di bagian kaki. Kalau muka tidak pernah,” timpal Rizki, siswa lainnya.

Seperti halnya mainan dalam sirkus, aktivitas permainan unicycle itu kemudian berkembang menjadi andalan sekolah. Tidak jarang, permainan itu menjadi ikon Kecamatan Mijen ketika dalam kegiatan pagelaran budaya dalam tingkat lebih tinggi.

Salah seorang pembina ekstrakurikuler SD Ngadirgo 01, Dalijem mengakui anak didiknya sudah mampu tampil di berbagai ajang. Dan, karena mainan sepeda satu roda hanya ada di Mijen, anak didiknya selalu diundang untuk beratraksi, baik tingkat Kota, Provinsi Jawa Tengah, maupun tingkat Nasional.

Dalam kegiatannya, semua anak yang belajar di SD tersebut bisa bergabung dengan siswa lain. Pada dasarnya, sang anak mempunyai kelenturan kaki, sehingga diperbolehkan bermain. Meski begitu, anak yang hendak bermain sepeda disyaratkan untuk berani luka ketika nantinya terjatuh.

“Tiap ada dugderan di Kota Semarang, ikon Kecamatan Mijen itu sepeda roda satu. Itu ya dari kami. Kalaupun ada yang dari SMP, itu anak-anaknya semua lulusan dari sini,” ujar Dalijem, bersama pendamping lain, Wahyu Tri Haryanto dan Joko Parwoto.

Dia pun memberi trik bermain bagi anak. Kunci utama adalah niat anak untuk tidak takut terjatuh. Ketika latihan awal, memang ada yang jatuh. Namun biasanya dipegangi. “Sekarang anak sudah bisa main berbagai macam. Ada yang stake ball, nari, jumping dan bisa juga jalan zig zag. Mereka juga sudah tidak pakai pegangan lagi. Jadi seperti sirkus,” papar Dalijem.

Sekolah itu mengaku beruntung diberi bantuan sepeda dari Dinas Pendidikan dan Olahraga Kota Semarang. Tiap harga sepeda bervariasi, antara Rp 600.000 hingga Rp 1 juta. Sekarang ini, sudah ada 20 siswa di SD 01 Ngadirgo yang sudah bisa beratraksi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com