Ditemui saat silaturahmi jajaran Kodam XVII Cenderawasih dengan jurnalis di Makodam Cenderawasih, Kamis (18/12/2014), Fransen berharap kasus ini dapat segera terungkap untuk mengetahui siapa pelaku dan provokator di balik peristiwa berdarah tersebut.
“Kita harus berani mengatakan kalau benar itu kita katakan benar, kalau salah kita katakan salah dan itu harus ditindak. Apalagi anggota saya yang salah, akan kami tindak tegas sesuai perintah Panglima TNI dan KSAD yang sangat ingin kasus terungkap,” tegas Fransen.
Jenderal bintang dua yang sebelumnya menjabat sebagai Panglima Divisi Infanteri 1 Kostrad ini meminta semua pihak untuk bersabar menunggu hasil kerja dari tim investigasi dari kepolisian. Ia juga mengajak kepada semua pihak untuk pro aktif membantu penyelidikan dan pengungkapan kasus ini.
“Bila perlu ada bukti otentik serahkan kepada tim investigasi. Warga harus terbuka, jangan tutup mulut. Berikan gambar bila perlu, ada enggak gambar itu, supaya kita tahu,” ungkap Fransen.
Bentrokan berdarah tersebut terjadi pada Senin (8/12/2014). Akibat bentrokan itu, 4 pelajar tewas tertembak. Insiden tersebut sedang diselidiki oleh tim investigasi dari Puslabfor Mabes Polri dan Tim Inavis Polda Papua.
Selain korban tewas, 10 warga juga menderita luka-luka, dengan 6 di antaranya harus menjalani operasi di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Paniai. Dalam bentrokan itu juga, 3 anggota Polsek Enarotali dan 2 anggota Koramil Enarotali terluka terkena lemparan batu.
Insiden ini bermula pada Minggu (7/12/2014) malam, ketika sekelompok orang yang diduga aparat menganiaya sekelompok anak yang berkumpul di pondok natal, Kampung Ipakije, Distrik Paniai Timur. Tak terima penganiayaan tersebut, warga Kampung Ipakije melakukan aksi di Lapangan Karel Gobai yang berujung bentrokan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.