Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kecewa, Pecinta Alam Bentuk Tim Evakuasi Jemput Jasad Pitra

Kompas.com - 09/12/2014, 14:26 WIB
Kontributor Ambon, Rahmat Rahman Patty

Penulis

AMBON, KOMPAS.com - Komunitas pencinta alam Maluku membentuk tim untuk mengevakuasi jenazah pendaki asal Bandung Jawa Barat Pitra Widianwari yang saat ini telah tiga hari berada di Gunung Binaya, Kabupaten Maluku Tengah.

Saat ini, tim yang beranggotakan tujuh pendaki lokal itu telah bergerak ke gunung tersebut demi membantu proses evakuasi atas jasad Pitra.  Tim ini dibentuk secara swadaya dari komunitas pencinta alam di Maluku, menyusul kekecewaan mereka terhadap tim SAR Ambon dan Balai Taman Nasional Manusela. Mereka menilai kedua lembaga itu tidak menunjukan usaha dalam upaya mengevakuasi korban.

Jasad Pitra yang juga adalah peneliti LIPI ini masih diletakan di kawasan Gunung Binaya dan dijaga oleh tiga pendaki lokal asal Ambon. Sejumlah warga Desa Kanike juga telah berada di lokasi jasad Pitra itu.

“Kita memutuskan membentuk tim evakuasi. Jumlahnya ada tujuh orang, mereka itu punya pengalaman evakuasi dan sering mendaki Binaya, saat ini mereka sudah bergerak melalui Desa Hoaulu,” ujar M Azis Tunny, inisiator pembentukan tim, Selasa (9/12/2014).

Azis yang juga aktivis pencinta alam Maluku ini ikut mendampingi istri dan kakak kandung Pitra sejak tiba di Bandara Pattimura hingga berada Masohi, Maluku Tengah.

Menurut Azis tim tersebut dibentuk karena Tim SAR dan Balai Taman Nasional Manusela ternyata tidak bekerja maksimal untuk mengevakuasi korban. “Ini rasa solidaritas kita sebagai anak pencinta alam. Tim ini kami bentuk karena Tim SAR dan juga balai taman ternyata tidak bekerja maksimal, mereka belum juga bergerak naik ke lokasi korban mereka hanya sampai di desa Hoaulu. Sambil menunggu pendaki menurunkan jasad korban,” ujar dia.

Informasi itu, kata Azis, diterimanya langsung dari koleganya Agusalim Patty yang sempat ikut menandu jasad Pitra dari atas gunung tersebut. “Posisi Tim SAR itu berada di Desa Hoaulu. Dari desa itu ke lokasi jenazah bisa memakan waktu dua hari, kami kecewa dengan kerja mereka padahal mereka itu diberi fasilitas oleh Negara. Balai taman juga begitu ternyata tim yang bergerak ke Gunung Binaya itu bukan tim evaluasi tapi tim ekspedisi ulang tahun balai taman nasional,” ujar Azis.

Kepala SAR Ambon Suhri Sinaga kepada Kompas.com mengakui jika tim SAR masih berada di Desa Hoaulu. Menurut dia, tim SAR tidak bisa bergerak ke lokasi jenazah karena kondisi medan yang berat dan cuaca yang buruk.

“Kalau jenazahnya di jalan sudah dievakuasi Pak. Ini di Gunung sana, ada hujan di sana waktu tempuh juga dua hari dua malam baru bisa ke sana sudah begitu cuaca sangat buruk dan tiga sungai yang harus dilalui sedang meluap,” kilah Suhri.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com