Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kembangkan Potensi Seni, Jokowi Diminta Ciptakan "Jakarta Kecil" di Kota Lain

Kompas.com - 29/11/2014, 15:51 WIB
Adysta Pravitra Restu

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Guru Besar Universitas Pertahanan Salim Said mengatakan, Jakarta terlalu padat dengan seniman-seniman yang datang dari kota lain. Menurut Salim, tidak seharusnya para seniman memilih hijrah ke Jakarta dan pada akhirnya membuat Ibu Kota kian padat penduduk. Karena itu, kepala daerah pun diminta untuk membuka potensi kebudayaan agar tidak terjadi "hijrah" massal ke Jakarta.

"Jokowi harus punya gagasan menggalakkan kepala daerah ciptakan 'Jakarta kecil' di kota mereka. Kalau ke daerah, (Jokowi) buka pusat itu agar potensi seniman tidak semua 'hijrah' ke Jakarta," kata Salim dalam diskusi Revolusi Mental ala Ahok di Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (29/11/2014).

Menurut Salim, seniman itu tidak mudah bersaing di Jakarta. Akibatnya, lanjut dia, para seniman yang tak bisa berkontribusi sebagai orang seni seutuhnya seolah terkubur di Ibu Kota.

Bagi Salim, mengelola Jakarta itu memang bukan perkara yang mudah. Untuk itu, kata dia, Indonesia tidak harus melahirkan seorang seniman yang berpusat di Jakarta sebagai ibu kota Indonesia.

Tidak hanya dalam bidang seni, tetapi juga berlaku ke bidang lain. Perjalanan panjang Kota Jakarta dari Batavia dan Betawi pun memerlukan pemikiran panjang, yang menyebabkan kompleksnya permasalahan. Tidak heran jika beragam wacana untuk memindahkan ibu kota dari Jakarta pun muncul.

"Karena itu, Bung Karno pernah berpikir pindahkan ibu kota ke Palangkaraya. Pak Harto ingin memindahkan ke Jonggol," ucap dia.

Kompleksnya permasalahan ini juga kembali dihadapi Ahok. Meski begitu, Salim menyarankan agar tidak perlu menggabungkan pusat pemerintahan dan pusat dagang di Jakarta. "Banyak tokoh generasi republik ini lahir di sini, akhirnya nanti Jakarta bukan ibu kota pemerintah, tapi perdagangan, hiburan, budaya," tutur mantan Ketua Dewan Kesenian Jakarta tersebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com