Menurut Gadis, kebutuhan akan cabai sangat tinggi di Bengkulu, terutama bagi dia sebagai pengusaha rumah makan. "Dalam sehari, saya membutuhkan lima kilogram cabe giling, artinya harus ada Rp 500.000 untuk cabe saja," keluh Gadis.
Demi menyiasati mahalnya harga cabai, ia berusaha mengurangi penggunaan cabai walaupun mendapat komplain dari pelanggan. Namun, dengan penjelasan bahwa harga cabai di pasaran tinggi, umumnya pelanggan memakluminya.
Dia mengatakan, kenaikan harga cabai tersebut adalah akibat kegagalan panen di beberapa sentra penghasil cabai di Bengkulu. "Buah cabe banyak gugur akibat kemarau dan gagal panen di tingkatan petani karena itu menjadi mahal," kata dia.
Gadis berharap harga cabai segera turun dalam beberapa hari ke depan, terutama dengan mulai masuknya pasokan cabai dari beberapa provinsi tetangga, seperti Sumbar, Sumsel, dan Lampung.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.