Hal ini membuat anggota DPRD setempat geram. "Ini termasuk akan menghilangkan barang bukti, masa baru beberapa hari, pascaruntuhnya menara, barang bukti, berupa besi menara sudah mau ditimbang ke pedagang besi bekas," ujar Andi Darmawangsa, anggota DPRD Parepare, saat mendapati mobil pengangkut besi, serta alat potong yang berada di dekat pada reruntuhan menara, Minggu (12/10/2014).
Proyek yang menghabiskan anggaran dengan total sekira Rp 24 miliar ini, masih termasuk dalam tahap pemeliharaan rekanan yakni PT Nindya Karya, sebuah perusahaan milik negara. "Total anggaran pekerjaan satu menara yakni Rp 800 juta. Sementara besi dari reruntuhan menara masjid ini, kalo melihat dari gambar, tidak sesuai dengan yang seharusnya," kata Mulyadi, anggota DPRD Parepare dari Fraksi Golkar, yang memantau menara Masjid Agung Parepare yang ambruk.
Mulyadi juga menyesalkan perbuatan, oknum yang akan menjual sisa-sisa reruntuhan besi dari menara masjid itu.
Ditemui terpisah, Pejabat Pelaksana Kegiatan (PPK) Suhandi, Dinas Pekerjaan Umum (PU) Kota Parepare, melalui telepon selulernya membantah penjualan besi bekas, kepada pihak pengumpul besi bekas.
"Kita tidak ada niat menjual besi bekas reruntuhan masjid, kita hanya memindahkan besi itu agar aman, intinya kita cuma merapikan," kata Suhandi.
Saat ini, di tempat reruntuhan terlihat garis polisi memagari sekitar area tersebut.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.