Namun, kini perawatan dihentikan sementara karena Cicci berutang ke perawat hingga jutaan rupiah. Pasalnya, dana yang dihimpun dari swadaya warga dan sanak tetangga untuk membantunya telah habis.
Jika dihitung, biaya perjalanan perawat setiap kali membersihkan dan mengganti perban di kepala Cicci plus biaya sejumlah obat mencapai Rp 200.000. Agar lukanya bisa mengering, perban di kepala Cicci diganti petugas perawat paling sedikit enam kali dalam sebulan. Itu artinya, aparat desa setempat harus menyediakan dana sedikitnya Rp 1,2 juta setiap bulannya.
Kini, dana swadaya masyarakat sudah habis. Mandaali, salah satu tokoh masyarakat Desa Pangadala, Kecamatan Luyo, yang bersimpati membantu Cicci, mengaku berutang Rp 1,3 juta kepada petugas perawat swasta yang disewa dari Kabupaten Majene itu.
“Karena berutang lebih satu juta perawatannya kita hentikan sementara sampai ada sumbangan warga lagi,” ujar Mandaali.
Sejumlah tetangga yang dulu kerap bersilaturahim ke rumah mengaku jarang menghampiri Cicci. Bahkan ada tetangga yang beralasan tak ingin mendekat karena percaya bahwa penyakit yang diderita Cicci merupakan penyakit kutukan. Sebagian tetangga lagi beralasan enggan mampir ke rumah Cicci karena tak kuat mencium aroma busuk dari luka di kepalanya.
Sementara itu, berdasarkan pantauan, meski dalam kondisi sakit, Cicci mengurus segala kebutuhan hidupnya sendiri, termasuk memasak dan mencari potongan kayu bakar untuk menjalankan aktivitas di dapur.
Cicci yang tak punya sumber pendapatan ini juga bergantung pada pemberian tetangga. Jika tak punya beras, Cicci terpaksa memasak gesara, sejenis makanan dari jagung yang ditumbuk sebagai pengganti beras.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.