Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini "Biang Kerok" Krisis Obat di RSUD Kefamenanu

Kompas.com - 13/08/2014, 10:47 WIB
Kontributor Timor Barat, Sigiranus Marutho Bere

Penulis

KEFAMENANU, KOMPAS.com - Krisis obat dan alat kesehatan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kefamenanu, Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), Nusa Tenggara Timur, yang terjadi dalam beberapa bulan terakhir ini, akibat terlambatnya penetapan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD).

Hal tersebut disampaikan Bupati TTU Raymundus Sau Fernandes usai mengadakan dialog dengan anggota grup Facebook Biinmafonews di aula RSUD Kefamenanu, Selasa (12/8/2014) kemarin.

Selain itu, kata Fernandes, sistem pengadaan obat-obatan tidak seperti tahun-tahun sebelumnya yang tidak melalui proses tender. “Dana untuk pembelian obat-obatan menang ada tetapi karena terlambat penetapan APBD dan sistem pembelian dengan cara tender itulah yang membuat lama sehingga stok obat di rumah sakit ini pun kosong," kata dia.

"Penetapannya Bulan Maret, kemudian proses tendernya satu setengah bulan dan itu jelas wajar saja kalau sampai Bulan Juli obatnya belum ada,” sambungnya.

Fernandes mengatakan, sebelum terjadi krisis obat seperti saat ini, proses pembelian obat dilakukan dengan sistem pesan langsung sehingga stok abatnya selalu ada. “Kalau kita mau ikut prosedur sudah pasti rakyat akan susah karena obat tidak ada. Tapi kalau kita mengabaikan prosedur, maka kami yang akan diperiksa dan bakal diperjara karena melanggar aturan,” kata Fernandes.

Menurut Fernandes, dia akan segera membenahi sistem dengan membuat rencana untuk pembelanjaan obat harus satu setengah tahun. Sehingga, jika ada keterlambatan penetapan APBD dan persiapan pembentukan panitia tender yang memakan waktu lama, tak akan berpengaruh pada stok obat.

Diberitakan sebelumnya, pasien yang menjalani rawat inap di RSUD Kefamenanu mengeluh, karena harus mengeluarkan uang hingga jutaan rupiah untuk membeli botol infus, sarung tangan, dan obat-obatan.

Kondisi tersebut membuat para pasien yang kebanyakan adalah warga dengan ekonomi lemah harus berpikir keras demi mencari tambahan uang. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com