Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dirawat di RS Ini, Pasien Harus Beli Infus, Sarung Tangan, dan Obat di Luar

Kompas.com - 05/08/2014, 16:54 WIB
Kontributor Timor Barat, Sigiranus Marutho Bere

Penulis

KEFAMENANU, KOMPAS.com — Sejumlah pasien yang menjalani rawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kefamenanu, Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), Nusa Tenggara Timur, mengeluh. Sebab, mereka harus mengeluarkan uang hingga jutaan rupiah untuk membeli botol infus, sarung tangan, dan obat-obatan.

Kondisi tersebut membuat para pasien yang kebanyakan adalah warga dengan ekonomi lemah harus berpikir keras demi mencari tambahan uang. Salah seorang keluarga pasien Aquilina Knaofmone, warga Desa Noebaun, Kecamatan Noemuti, TTU, saat ditemui di bangsal laki-laki Kelas III RSUD Kefamenanu, Selasa (5/8/2014), mengatakan, sejak awal suaminya dirawat, mereka diberi nota untuk membeli obat dan alat kesehatan lainnya.

"Suami saya ini mengalami sesak napas sehingga sudah satu minggu ini dirawat di rumah sakit. Waktu kami masuk pertama, petugas suruh kami beli botol infus, sarung tangan, jarum suntik, dan sejumlah obat karena katanya di apotek milik rumah sakit tidak tersedia peralatan medis maupun obat," kata dia.

"Karena ingin suami saya cepat sembuh, saya pun pergi beli semuanya itu di apotek dengan biaya sampai ratusan ribu rupiah," ungkap Aquilina.

Terhitung sejak sepekan ini, sambung Aquilina, total uang yang telah dikeluarkan olehnya sebanyak Rp 1 juta. Bagi dia, jumlah uang tersebut sangat banyak, mengingat pekerjaan suaminya adalah petani lahan kering yang tidak memiliki penghasilan tetap.

"Kami ini pasien yang tidak mampu sehingga karena tidak punya uang, terpaksa kami harus utang kepada keluarga dan tetangga untuk beli obat di apotek yang berada di luar rumah sakit. Kami heran, kenapa obat tidak ada di apotek rumah sakit. Padahal, kami sudah punya kartu Jamkesmas dan kartu miskin dengan harapan bisa berobat gratis," kata dia.

Aquilina malah membandingkan biaya perawatan rumah sakit beberapa tahun yang lalu dengan saat ini. Menurut dia, harga yang kini harus dibayar lebih mahal karena pasien harus menanggung biaya untuk peralatan medis.

Dia pun berharap pemerintah setempat segera merespons persoalan ini dengan menyediakan peralatan medis dan obat-obatan yang lengkap untuk diisi di apotek milik rumah sakit. Dengan demikian, semua pasien yang tidak mampu seperti dia bisa berobat gratis, tanpa biaya apa pun.

Keluhan yang sama juga disampaikan oleh Maria Ulan, keluarga pasien lainnya, yang mengaku sudah mengeluarkan uang sebanyak Rp 3 juta untuk membeli obat dan infus demi perawatan anaknya yang sakit akibat kecelakaan lalu lintas pada dua pekan lalu.

"Anak saya ini sudah dua minggu dirawat di ruang Kelas III ini dan setiap hari harus beli obat dan infus yang harganya mencapai ratusan ribu rupiah. Uang yang sudah saya keluarkan sebanyak Rp 3 juta," kata Maria yang berasal dari Desa Oebkin, Kecamatan Bikomi Selatan, TTU.

Maria mengaku uang sebanyak itu didapatnya dari sisa uang tabungan keluarga dan hasil penjualan sapi peliharaan mereka.

Terkait dengan keluhan-keluhan itu, Direktur RSUD Kefamenanu Wayan Niarta yang hendak ditemui di ruang kerjanya tidak berada di tempat. Salah seorang staf rumah sakit yang ditemui menolak untuk diwawancarai.

"Coba langsung wawancara sama Pak Direkturnya saja. Beliau lagi ikut rapat di Kantor Bupati TTU," kata staf rumah sakit yang enggan namanya ditulis.

Begitu juga ketika dihubungi melalui telepon genggamnya, nomor milik Wayan tidak aktif. Pesan singkat yang dikirim pun belum dibalasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com