Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kondom Bergetar Diminati Warga Perbatasan di Nunukan

Kompas.com - 05/06/2014, 23:15 WIB
Kontributor Nunukan, Sukoco

Penulis


NUNUKAN, KOMPAS.com
-- Meski tinggal di wilayah perbatasan, ternyata urusan alat kontrasepsi bagi warga Kabupaten Nunukan tak ketinggalan dengan masyarakat perkotaan. Hal ini terkait dengan tingginya permintaan kondom bergetar di wilayah perbatasan tersebut. Padahal, pemerintah hanya membagikan kondom biasa serta kondom beraroma yang berulir.

Bendahara Material Alat Kontrasepsi Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana daerah Kabupaten Nunukan, Rahim, mengatakan, setiap dilakukan pelayanan KB gratis, banyak dari warga yang menanyakan kondom getar.

"Setelah mereka mengetahui ada namanya kondom getar, mereka lebih minat itu. Tapi, dari pemerintah kan tidak ada yang gratis seperti itu. Kami tahu karena setiap kami lakukan pelayanan KB gratis, mereka selalu tanyakan itu (kondom bergetar)," ujar Rahim di ruang kerjanya, Kamis (5/6/2014).

Meski permintaan alat kontrasespsi kondom dengan jenis tertentu tinggi, menurut Rahim, kesadaran masyarakat di wilayah perbatasan masih tergolong rendah dalam program keluarga berencana dengan kondom ini.

Hal ini terlihat dari permintaan kondom hingga bulan Mei 2014, tercatat hanya 40 gros kondom beraroma dan berulir serta 20 gros kondom biasa.

Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Daerah Kabupaten Nunukan sendiri hingga bulan Mei masih memiliki stok kondom sebanyak 238 buah jenis berulir dan biasa. Stok kondom itu pun merupakan sisa tahun 2013.

"Kalau antusiasme penggunaan kondom se-Kabupaten Nunukan terhitung masih minim. Tergantung dari kecamatan, ada yang sadar, tapi tetap masih minim," ujar Rahim.

Padahal, kata dia, kondom yang dibagikan kepada warga perbatasan diberikan melalui puskesmas pembantu, bidan praktik swasta BPS, puskesmas, dan rumah sakit dipastikan gratis.

"Penyalurannya ke pustu, BPS, puskesmas, maupun rumah sakit pemerintah atau swasta kita layani, termasuk bidan praktik swasta, kita bagikan gratis," ujar Rahim.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com