Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kala "Calon Presiden" Pegang Erat Tali yang Melilit Leher "Koruptor"

Kompas.com - 04/06/2014, 12:14 WIB
Kontributor Malang, Yatimul Ainun

Penulis


MALANG, KOMPAS.com -- Seorang "calon presiden" memegang tali yang diikatkan di leher seorang "koruptor. Lalu "calon presiden" itu menyeret kepala "koruptor" tersebut.

Itu adalah bagian dari rangkaian aksi teatrikal yang digelar oleh puluhan aktivis Malang Corruption Watch (MCW) di depan Balaikota Malang, Jawa Timur, Rabu (4/6/2014).

Seseorang yang berperan sebagai calon presiden mengenakan kardus di kepalanya. Di kardus tersebut ada tulisan "Calon Presiden". Dia sempat duduk di kursi sebelum berdiri menyeret si "koruptor" yang diperankan oleh seorang aktivis lainnya. Si "koruptor" ini juga mengenakan kardus di kepalanya yang bertuliskan "Koruptor".

Melalui aksi itu, mereka ingin mendesak calon presiden dan wakil presiden untuk berkomitmen melawan korupsi di tingkat lokal dan nasional jika terpilih.

"Masyarakat Malang harus proaktif dalam mengawal proses Pilpres 2014, presiden yang terpilih nantinya harus berani melakukan pemberantasan korupsi tingkat lokal dan nasional dan mampu mengakomodir semua kebutuhan rakyat," kata Koordinator Aksi, Muhammad Taher Bugis.

Selain itu, aksi damai itu juga menyerukan tolak politik uang dalam Pilpres 9 Juli mendatang.  Mereka membawa poster berisi seruan "Stop kampanye gelap", "KPU wajib tegas, netral", "Kotak suara bukan kotak amal", "Tolak Politik Uang Pilpres", dan "Sadar! Golput bukan pilihan".

Para aktivis juga membagi-bagikan poster kepada para pengguna jalan di depan Balaikota Malang.

"Aksi ini digelar untuk memberikan imbauan pada warga Malang khususnya dan rakyat Indonesia pada umumnya untuk serentak menolak politik uang," ujar Taher.

Pria yang juga menjabat Divisi Korupsi Politik MCW itu juga meminta penyelenggara pemilu bersikap netral dalam menyelenggarakan Pilpres 2014 dan pengawas pemilu lebih jeli dalam mengawal penyelenggaraannya.

Taher menambahkan, kampanye hitam yang dilakukan pasangan capres tidak mendidik dan tidak berasas demokrasi.

"Masyarakat harus paham. Pilihlah calon pemimpin yang siap memberantas korupsi," tandasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com