Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pelacuran Ditutup, Mucikari Wakafkan Tanah untuk Warga

Kompas.com - 02/05/2014, 12:42 WIB
SURABAYA, KOMPAS.com — Gubernur Jawa Timur Soekarwo bisa dianggap sebagai salah satu pejabat yang pertama kali melontarkan rencana penutupan lokalisasi prostitusi Dolly di Surabaya.

Pada tahun 2010, Soekarwo telah melontarkan ide penutupan itu. Namun, kala itu Wali kota Surabaya Tri Rismaharini menolak ide itu karena menganggap persoalan ekonomi menjadi faktor utama prostitusi. 

Belakangan, Risma kemudian berubah pikiran dan menyetujui penutupan. Dalam sejumlah kesempatan Risma mengaku perubahan pikiran muncul setelah ia "blusukan" dan mendapati fakta, prostitusi bukan semata-mata faktor ekonomi.

Malah yang paling mengetuk hati Risma adalah banyak PSK yang justru menjadi korban eksploitasi pihak-pihak tertentu. Akhirnya, pada 2012 dan 2013, Risma menutup empat lokalisasi di Surabaya. Dolly dan Jarak pun menunggu giliran.

Momentum tiba, 24 April 2014, Risma dan Soekarwo menggelar pertemuan. Mereka sepakat menutup Dolly dan Jarak pada 19 Juni 2014 mendatang.

Soekarwo seusai pertemuan itu mengatakan, penutupan kompleks pelacuran itu harus dilakukan bukan hanya untuk mengurangi kemaksiatan.

Ada fakta yang menunjukkan, pekerja seks komersial di Dolly terjerat utang. “Mereka tenggelam dalam utang kepada para mucikarinya. Makanya harus diajak bicara,” tandas Soekarwo.

Gubernur sangat memahami jika rencana penutupan itu membuat gelisah. “Tapi selama ada solusi yang baik, jangan sampai menghalangi upaya penutupan,” kata Soekarwo lagi.

Dia juga mengatakan bahwa penutupan lokalisasi pelacuran tidak hanya berjalan di Surabaya, tetapi juga dilakukan serentak di Jatim, seperti di Tulungagung, Tuban, Banyuwangi, dan Blitar.

Di sana semua berjalan lancar dan tidak pernah ada permasalahan. “Bahkan di Blitar, mucikari pemilik wisma malah mewakafkan tanah miliknya kepada warga sekitar,” imbuh Soekarwo.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com