Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

17 Menit di Bilik, Susahnya Melipat Kertas Suara

Kompas.com - 09/04/2014, 13:33 WIB
Kontributor Banda Aceh, Daspriani Y Zamzami

Penulis

BANDA ACEH, KOMPAS.com -- Sepuluh menit berlalu sudah, dan peluh mulai memenuhi dahi perempuan dengan kebaya berwarna merah menyala itu. Dia Irmayani seorang warga binaan di Rumah Tahanan Lhoknga, Aceh Besar.

Mengalihkan pandangan ke samping kiri, Irmayani meminta bantuan petugas untuk melipat kertas suara yang memang terbilang besar ukurannya.

Akhirnya tepat di menit ke-17, Irmayani menyelesaikan proses pencoblosannya di TPS III, yang merupakan TPS khusus di Desa Nusa, Kecamatan Lhamlom, Kabupaten Aceh Besar.

"Saya agak kewalahan melipat surat suaranya, makanya saya minta bantuan petugas yang berjaga," kata Irmayani seusai mencoblos dan menyapu peluhnya, Rabu (9/4/2014).

Diakui Irmayani, sebelumnya mereka tidak terlalu mendapat sosialisasi tentang pemilu, sehingga sedikit kesulitan saat melipat kertas suara. Apalagi ini adalah kali pertama ia melaksanakan pencoblosan di rumah tahanan karena kasus narkoba yang menjeratnya.

Hal yang sama juga dialami Samsidar. Perempuan yang sudah ikut mencoblos sejak tahun 1969 ini pun mengaku kesulitan melihat surat suara yang berukuran lebar.

"Tapi enggak masalah, cuma susah melihat karena tulisannya terlalu kecil-kecil dan susah melipat kertas agar kembali utuh seperti semula, saya senang sudah mencoblos, semoga pemimpin yang akan datang memberi perhatian lebih baik untuk orang-orang di rutan," ujar wanita ini sambil tersenyum lebar.

Kameily, Kepala Rutan Lhoknga, mengatakan, sebanyak 57 warga binaan di Rutan ini memiliki hak suara dan menyalurkan aspirasinya. Sebagian besar pemilih adalah perempuan sebanyak 48 orang. Sisanya, sembilan orang pemilih laki-laki, termasuk kepala rutan sendiri.

"Memang sebelumnya tidak terlalu ada sosialisasi bagi warga binaan akan tahapan pencoblosan ini, tapi proses pencoblosan berjalan dengan lancar, warga binaan menyalurkan aspirasi mereka dengan sangat antusias," ujar Kameily.

Meski berjalan dengan kondusif, penjagaan aparat kemanan terlihat ketat. Pihak rutan pun menempelkan pengumuman larangan berkunjung ke rutan untuk hari pencoblosan ini.

Pemilih khusus lainnya terlihat juga di Rumah Sakit Umum Zainal Abidin, Banda Aceh. Seorang pasien jantung, Darwis, terlihat memberikan suaranya di ranjang. Penyelenggara Pemungutan Suara (PPS) terlihat mendatangi Darwis untuk memenuhi hak Darwis sebagai warga negara.

Seusai mencoblos, Darwis pun mengaku sedikit kewalahan melipat kertas suara, terlebih lagi dengan kondisinya yang lemah.

Darwis dibantu sang istri untuk melipat kertas suara. “Kebetulan pasien adalah warga di TPS kami di Lambari Skep, karena beliau sedang sakit, makanya kita yang datang ke rumah sakit dan memberikan kesempatan kepada pasien untuk memenuhi haknya memilih,” jelas seorang petugas PPS.

Sayangnya, cuma Darwis yang bisa mencoblos. Tidak demikian halnya dengan Nurlezar (60), sang istri. “Saya juga menyesalkan kenapa cuma saya saja yang mencoblos tapi istri saya tidak, padahal dia juga tidak bisa ke TPS karena harus menjaga saya di rumah sakit,” ujar Darwis.

Rachmadi, Humas RSU Zainal Abidin, mengakui tahun ini tidak ada TPS Khusus di RSU Zainal Abidin. “Saya tidak tahu kenapa,” ujarnya.

Ratusan pasien dan sebagian anggota keluarganya di RSUZA dipastikan tidak mencoblos karena harus bertahan di rumah sakit.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com