"Kondisi kami sekarang sudah rusak semuanya," kata Lista Brukaro (28), saat ditemui di posko pengungsian di Gereja Paroki St Petrus-St Paulus, Kecamatan Kaban Jahe, Kabupaten Karo, Sumatera Utara, Senin (20/1/2014) malam.
Ke mana harus kembali?
Sehari-harinya, sebelum erupsi Sinabung, roda ekonomi keluarga Lista ditopang dari hasil tani. Suaminya merupakan petani kopi, cabai, dan sayuran lainnya. Kini, semuanya lenyap. Sumber kehidupan tertimbun debu vulkanik. Tak ada lagi hasil tani yang dapat menghasilkan uang.
Selama mengungsi, suami Lista kerap diminta untuk menggarap ladang warga di sekitar pengungsian. Upah yang diperoleh digunakan untuk menutup kebutuhan yang tak tersedia di posko pengungsian, sisanya ditabung. Itu pun, kalau ada yang tersisa untuk ditabung.
Kebutuhan pengungsi di posko ini relatif terpenuhi dibandingkan posko lainnya. Lokasinya tak terlalu jauh dari Gedung DPRD Kabupaten Karo yang tak lain adalah posko utama, tempat pendistribusian bantuan. Sumber air bersih di posko ini juga terbilang cukup. Bagi Lista, hal yang paling membuatnya khawatir adalah saat Sinabung telah sembuh dari "batuknya", dan kembali ke kediamannya. Tak tahu harus kembali ke mana. Kondisi rumahnya tak memungkinkan untuk ditinggali. Ladang sebagai sumber mata pencaharian rusak dilibas abu vulkanik.
Hanya harapan yang menyemangatinya. Harapan akan ada bantuan untuk kembali membangun rumah dan ladangnya, serta jaminan dari pemerintah untuk kehidupan yang lebih baik setelah mengungsi.
"Di tempat kami sudah enggak ada yang bisa diambil, kami lumpuh total. Kami cuma ingin setelah ini bisa dijamin hidup lebih baik," katanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.