Idenya, baik dulu dan sekarang sama, Fathoni merasa iba dengan pekerja atau anak sekolah yang mesti memutar jalan imbas tiadanya jembatan Ngembik.
"Mudah-mudahan bisa memberikan keringan kepada pekerja atau anak-anak sekolah," ungkapnya.
Getek itu menyeberangkan dengan jarak 50-an meter. Ia beroperasi mulai pukul 05.30-18.00 WIB.
Namun, getek tersebut khusus melayani orang. Terlebih, penumpang harus menyusuri pematang sawah untuk sampai di jalanan beraspal. Sehingga, mustahil untuk menyeberangkan, misal, sepeda motor.
Baca juga: Tak Miliki Rumah, Satu Keluarga di Buton 5 Tahun Tinggal di Toilet Umum
Fathoni mengatakan, geteknya mampu membawa 17 penumpang. Dia pun tidak mematok tarif penyeberangan.
"Kami enggak membatasi (tarif). Mau enggak kasih enggak apa, kasih alhamdulillah. Ada yang Rp 1.000-Rp 3.000. Sehari dapat Rp 100 ribuan," jelasnya.
Adanya getek sontak membetot perhatian warga yang sekadar ingin berwisata.
"Kemarin, Minggu banyak yang selfie di getek ini. Jadi, wisata," kata Fathoni.
Baca juga: Cerita Sukir, 7 Tahun Jadi Penarik Getek yang Dibayar Seikhlasnya
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.