MAGELANG, KOMPAS.com - Jembatan gantung Ngembik yang menghubungkan Kota dan Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, sudah dibongkar.
Masyarakat sekitar berinisiatif membikin getek sebagai alternatif penyeberangan.
Pantauan Kompas.com, Rabu (5/6/2024) pagi, lalu lintas di Sungai Progo ramai lancar.
Banyak warga dari sisi Kabupaten Magelang, tepatnya Kecamatan Bandongan, menyeberang ke sisi Kota Magelang.
Getek yang dirakit secara kolektif itu niscaya penuh penumpang. Kebanyakan penumpang adalah perempuan pekerja rumah tangga (PRT) yang berasal dari Bandongan.
Pagi hari menjadi waktu sibuk di sisi sana.
Rondiyah (65), misalnya, merasa sangat terbantu dengan adanya getek tersebut.
"Ini pertolongan," cetusnya.
Sebelumnya, Rondiyah harus memutar, dan mengeluarkan biaya kendaraan bermotor untuk bekerja di seputaran Ngembik, Kota Magelang.
Dengan getek, warga Desa Rejosari, Bandongan, ini bisa menghemat biaya transportasi.
"Saya sudah naik getek ini dari Jumat lalu (31/5/2024)," ujarnya.
Baca juga: Ramai soal Mobil Ambulans Horor di Kantor Desa Magelang, Ini Penjelasan Kadesnya...
Pengelola getek, Fathoni (56) menyebutkan, sudah mengoperasikan getek sejak Jumat (31/5/2024).
Ia, bersama beberapa rekan merakitnya dengan bahan bambu dan galon sebagai penampang.
Sekitar 2011, ketika jembatan Ngembik pernah putus, Fathoni juga membikin getek.
Baca juga: Rokok Kretek Filter, Penyumbang Terbesar Kedua Garis Kemiskinan di Indonesia
Idenya, baik dulu dan sekarang sama, Fathoni merasa iba dengan pekerja atau anak sekolah yang mesti memutar jalan imbas tiadanya jembatan Ngembik.
"Mudah-mudahan bisa memberikan keringan kepada pekerja atau anak-anak sekolah," ungkapnya.
Getek itu menyeberangkan dengan jarak 50-an meter. Ia beroperasi mulai pukul 05.30-18.00 WIB.
Namun, getek tersebut khusus melayani orang. Terlebih, penumpang harus menyusuri pematang sawah untuk sampai di jalanan beraspal. Sehingga, mustahil untuk menyeberangkan, misal, sepeda motor.
Baca juga: Tak Miliki Rumah, Satu Keluarga di Buton 5 Tahun Tinggal di Toilet Umum
Fathoni mengatakan, geteknya mampu membawa 17 penumpang. Dia pun tidak mematok tarif penyeberangan.
"Kami enggak membatasi (tarif). Mau enggak kasih enggak apa, kasih alhamdulillah. Ada yang Rp 1.000-Rp 3.000. Sehari dapat Rp 100 ribuan," jelasnya.
Adanya getek sontak membetot perhatian warga yang sekadar ingin berwisata.
"Kemarin, Minggu banyak yang selfie di getek ini. Jadi, wisata," kata Fathoni.
Baca juga: Cerita Sukir, 7 Tahun Jadi Penarik Getek yang Dibayar Seikhlasnya
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.