Sajian ote-ote di Jawa Timur memiliki ciri khas yaitu memiliki bentuk bundar yang rapi pinggirannya dan diberi udang di tengahnya sehingga rasanya pun jadi makin gurih dan lezat.
Cara menikmati ote-ote khas Jawa Timur juga cukup unik yaitu dengan dicocol ke sambal petis.
Bagi masyarakat di sekitar Malang, Lumajang dan Madiun, bakwan dikenal dengan nama weci atau heci.
Meski sama-sama berada di wilayah Jawa Timur, masyarakat di tiga kota tersebut tidak menyebut bakwan dengan nama ote-ote.
Selain itu, weci atau heci biasanya hanya menggunakan isian sayur seperti bakwan pada umumnya.
Bukan nama kota, hongkong adalah sebutan untuk bakwan dengan isian sayur di wilayah Banyuwangi.
Sebagian masyarakat di Sidoarjo dan Situbondo juga mengenal bakwan dengan sebutan hongkong.
Masih di Jawa Timur, tepatnya di daerah Ponorogo kuliner bakwan dikenal dengan nama pia-pia.
Sebutan pia-pia juga dikenal oleh sebagian masyarakat di Jawa Tengah, yaitu di daerah Blora dan Pati.
Di Semarang dan Pekalongan, sebutan badak tidak hanya merujuk ke satu jenis hewan.
Hal ini karena masyarakat juga menyebut badak untuk sajian bakwan sayur yang renyah dan gurih.
Kandoang memiliki bentuk dan isian serupa ote-ote, karena bakwan jenis ini memiliki isian udang di dalamnya.
Sebutan kandoang bagi bakwan ini dikenal oleh masyarakat yang ada di daerah Kendari, Sulawesi Tenggara.
Bikang doang merupakan sebutan bakwan yang digunakan oleh masyarakat Makassar, Sulawesi Selatan.
Sama seperti kandoang di Kendari, sajian bikang doang juga menggunakan tambahan udang dalam adonannya.
Masyarakat di Manado, Sulawesi Utara menyebut nama bakwan dengan sebutan makao atau macau.
Terdengar unik karena kata makao atau macau memang seperti sebutan untuk nama sebuah kota.
Selain di Manado, masyarakat di Kupang, Nusa Tenggara Timur menyebutkan bakwan dengan pelafalan yang sama.
Sumber:
kids.grid.id
travel.tribunnews.com
travel.tribunnews.com