Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengungsi Rohingya di Aceh: Anak Saya Hilang, Saya Tak Mampu Menolongnya

Kompas.com - 26/03/2024, 15:25 WIB
Rachmawati

Editor

KOMPAS.com - Puluhan orang pengungsi Rohingya dikhawatirkan tewas dalam kecelakaan kapal di perairan Meulaboh, Aceh Barat, beberapa hari lalu. PBB menyebutnya sebagai peristiwa dengan jumlah kematian pengungsi Rohingya terbesar di Indonesia dan terparah di kawasan Asia Tenggara sepanjang 2024.

Kapal yang karam itu membawa 142 pengungsi Rohingya dan tujuh anak buah kapal, menurut hasil verifikasi terakhir Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pengungsi (UNHCR) yang dilakukan dengan mewawancarai korban selamat.

Sebanyak 75 dari 149 korban berhasil diselamatkan nelayan serta tim pencarian dan pertolongan (SAR) setempat pada 20-21 Maret.

Baca juga: 5 Jenazah Rohingya Ditemukan di Perairan Aceh

Tiga jenazah korban, yang identitasnya telah diverifikasi UNHCR bersama otoritas setempat, lantas ditemukan di perairan Aceh Jaya pada 23 Maret. Satu jasad lain dievakuasi pada 24 Maret sore, juga di perairan yang sama.

Hingga 24 Maret siang, nelayan lokal telah melaporkan penemuan setidaknya 15 jasad yang terombang-ambing di lautan kepada tim SAR, yang kini berusaha mengevakuasinya.

Sementara itu, sekitar 50 orang diperkirakan telah meninggal tak lama setelah kapal terbalik, berdasarkan hasil wawancara UNHCR dengan korban selamat.

Dari sana, kemungkinan menemukan korban selamat lainnya "sangat, sangat sulit", kata Ann Maymann, perwakilan UNHCR di Indonesia.

"Ini adalah kejadian dengan jumlah korban jiwa terbesar di 2024 di kawasan [Asia Tenggara] dan terbesar sepanjang sejarah di Indonesia," kata Maymann pada BBC News Indonesia pada Minggu (24/3).

Baca juga: Tim SAR Temukan Jenazah di Perairan Aceh, Diduga Pengungsi Rohingya

"Ini adalah tragedi besar. Ini menunjukkan betapa putus asanya orang-orang Rohingya dalam upaya mencari keselamatan. Dan, fakta bahwa mereka tidak punya opsi lain... Tidak ada pilihan lain bagi mereka selain naik ke perahu itu."

Bagaimana kronologi kejadiannya?

Fatema (kanan) dan Rahena (kiri), dua pengungsi Rohingya yang selamat dari kecelakaan kapal di perairan Aceh Barat pada Rabu (20/03), menangis saat menceritakan ulang tragedi yang mereka alami.BBC Indonesia/HIDAYATULLAH Fatema (kanan) dan Rahena (kiri), dua pengungsi Rohingya yang selamat dari kecelakaan kapal di perairan Aceh Barat pada Rabu (20/03), menangis saat menceritakan ulang tragedi yang mereka alami.
Fatema, salah satu pengungsi Rohingya yang selamat, terisak saat berusaha menceritakan kembali apa yang terjadi di kapal.

Anak perempuannya, yang baru berusia delapan tahun, sedang tertidur pulas di dekapannya.

Lalu kapal terbalik, dan tiba-tiba sang anak terlepas dari tangannya.

"Saya berusaha menyelamatkan diri, dan saya tidak mampu menangkapnya," kata Fatema, berlinang air mata.

"Dia hilang."

Fatema tak sendiri. Rahena pun kehilangan dua anaknya karena kejadian ini. Satu laki-laki dan satu perempuan, masing-masing berusia 12 dan sembilan tahun.

Baca juga: Puluhan Warga Rohingya Dikhawatirkan Tewas atau Hilang di Lepas Pantai Aceh

Sebenarnya, awalnya Rahena berhasil menangkap anak perempuannya. Mereka mencoba bertahan di permukaan perahu yang terbalik.

Setelah beberapa waktu, anak perempuannya itu jatuh sakit.

"Saat dia tengah mencoba bertahan [melalui sakitnya] di atas permukaan kapal yang terbalik, mendadak kapalnya tenggelam," kata Rahena.

"Dia pun hilang."

Setelah kejadian, puluhan orang pun diperkirakan tewas seketika, berdasarkan kesaksian para korban selamat yang diceritakan ulang Faisal Rahman dari UNHCR.

Sebagian korban tidak bisa berenang, sebagian lain - terutama perempuan - kelimpungan berusaha menjaga anak-anaknya, sehingga kesulitan untuk menyelam dan mencari jalan keluar saat terjebak di kapal yang terbalik, kata Faisal.

Baca juga: Saat Kapal yang Bawa Pengungsi Rohingya Terbalik di Perairan Aceh Barat...

"Pengungsinya sendiri mengatakan, banyak yang waktu mereka masih terapung di kapal, di atas kapal itu juga sudah meninggal orangnya," kata Faisal pada BBC News Indonesia.

"Perkiraan sekitar 50-an sudah meninggal [tak lama setelah kejadian]."

Banyak korban lantas terombang-ambing di perairan Aceh Barat, berusaha bertahan dengan duduk di atas kapal terbalik.

Enam di antaranya ditemukan dan diselamatkan nelayan setempat pada Rabu (20/03), sementara 69 orang dievakuasi tim SAR sehari berselang

Seiring berjalannya waktu, jasad para korban terbawa dari perairan Aceh Barat ke wilayah Aceh Jaya.

Pada Sabtu (23/03), tiga jenazah ditemukan terapung di perairan Aceh Jaya.

Baca juga: 75 Pengungsi Rohingya Korban Kapal Terbalik Diselamatkan, Puluhan Hilang

Personel TNI AL dan Basarnas membopong Imigran etnis Rohingya saat tiba di Pelabuhan Jetty Meulaboh, Aceh Barat, Aceh, Kamis (21/03).ANTARA FOTO via BBC Indonesia Personel TNI AL dan Basarnas membopong Imigran etnis Rohingya saat tiba di Pelabuhan Jetty Meulaboh, Aceh Barat, Aceh, Kamis (21/03).
UNHCR bersama otoritas setempat lantas mengonfirmasi bahwa ketiganya adalah korban kapal karam tersebut.

Proses identifikasi jenazah dilakukan dengan melibatkan korban selamat, kata Ann Maymann, perwakilan UNHCR di Indonesia.

"Ada tiga jasad yang telah diidentifikasi dan diselamatkan. Mereka telah diidentifikasi para pengungsi. Itu adalah [jasad] dua wanita dan satu anak laki-laki berusia 12 tahun," kata Maymann.

"Salah satu wanita [yang jadi korban] memiliki anak perempuan yang sebelumnya telah diselamatkan."

Hingga Minggu siang (24/03), tim SAR telah mendapat laporan dari nelayan setempat bahwa ada 15 jasad lain yang tengah terombang-ambing di lautan, kata Faisal.

Baca juga: 24 Jam Terombang-ambing di Laut, Pengungsi Rohingya Lemas dan Dehidrasi

Pada pukul 16.14 WIB hari yang sama, tim SAR berhasil mengevakuasi satu jasad dengan jenis kelamin laki-laki, kata Mirza, Komandan Operasi Satgas SAR Aceh Jaya.

Korban ditemukan di perairan Aceh Jaya, di lokasi berjarak 13 mil dari pantai.

Suhelmi, Komandan Tim Badan SAR Nasional (Basarnas) Pos Meulaboh di Aceh Barat, mengatakan bahwa pencarian terus berlanjut di hari Minggu, termasuk dengan menelusuri lokasi jenazah yang dilaporkan nelayan atau warga setempat.

"Namun, titiknya saling berjauhan antara satu mayat dan mayat yang lain," kata Suhelmi pada pukul 14.15 WIB, soal tantangan yang dihadapi.

Pemerintah Kabupaten Aceh Jaya memang berkomitmen untuk terus menindaklanjuti laporan warga setempat serta mencari dan mengevakuasi jenazah yang terapung di lautan.

Namun, kata Faisal dari UNHCR, pencarian di perairan Aceh Jaya bisa jadi hanya akan berlangsung hingga Minggu.

Baca juga: Tim SAR Evakuasi 69 Orang Rohingya yang Terapung di Laut

Alasannya, berdasarkan perhitungan tim di lapangan, lewat dari hari Minggu, kemungkinan besar jasad para korban telah terbawa arus hingga mencapai perairan Aceh Besar.

"Untuk daerah-daerah yang lain, dari SAR juga masih terus memantau perkembangan dan akan siap merespons juga setiap laporan yang ada dari warga," kata Faisal.

Selain itu, tim SAR pun dikejar waktu karena selewat tujuh hari setelah terapung di laut, mayat korban bisa jadi tak lagi bisa diidentifikasi.

"Tujuh hari itu mungkin mayatnya masih bisa dikenali-lah, tapi selepas itu sudah sedikit demi sedikit akan rusak," ujar Faisal.

"Mungkin akan sulit untuk diidentifikasi, dan posisi mayat pasti sudah sangat lapuk sekali."

Bagaimana kewajiban hukum dan kemanusiaan di Indonesia?

Ratusan masyarakat melakukan aksi penolakan dan pengusiran truk yang mengakut puluhan pengungsi etnis Rohingya di Desa Beureugang, Kecamatan Kaway XVI, Kabupaten Aceh Barat, Kamis (21/3/2024) sore. ANTARA/TEUKU DEDI ISKANDAR Ratusan masyarakat melakukan aksi penolakan dan pengusiran truk yang mengakut puluhan pengungsi etnis Rohingya di Desa Beureugang, Kecamatan Kaway XVI, Kabupaten Aceh Barat, Kamis (21/3/2024) sore.
Tragedi kapal terbalik ini terjadi di tengah meningkatnya jumlah kedatangan pengungsi Rohingya via kapal laut ke Indonesia.

Sepanjang 2023, lebih dari 2.300 pengungsi Rohingya tiba di Indonesia. Angka ini sudah lebih tinggi dari jumlah total pengungsi Rohingya yang datang dalam empat tahun sebelumnya, menurut data UNHCR.

Hingga awal Januari 2024, jumlah pengungsi yang berada di Aceh sudah mencapai 1.800 jiwa, termasuk 140 orang yang bertahan dalam kurun waktu satu tahun.

Sementara itu secara global, pada 2023 nyaris 4.500 orang Rohingya melakukan perjalanan laut dengan menggunakan 41 kapal.

Baca juga: Kapal Terbalik, Pengungsi Rohingya Selamat Ditampung Sementara di Kantor Camat

Dari 4.500 pengungsi itu, ada 569 yang kemudian dilaporkan tewas atau hilang di lautan Asia Tenggara. Ini angka tertinggi sejak 2014, saat jumlah korban mencapai 730.

Karena itu Ann Maymann, perwakilan UNHCR di Indonesia, mengatakan penting bagi otoritas setempat untuk tanggap dan segera menjalankan operasi pencarian dan pertolongan setelah mengetahui ada kapal pengungsi yang terancam bahaya atau mengalami kecelakaan.

Kata Maymann, banyak orang sulit memahami situasi yang dihadapi pengungsi Rohingya, yang kerap putus asa dan memiliki pilihan terbatas.

Bagi banyak pengungsi Rohingya, pilihannya adalah bertahan di kamp penampungan di Cox's Bazar, Bangladesh, yang begitu sesak karena kelebihan kapasitas dengan situasi kemanusiaan dan keamanan yang buruk, atau menjajal peruntungan dengan berlayar menaiki kapal yang tak layak, kata Maymann.

"Inilah kenyataannya bagi mereka," ujar Maymann.

Baca juga: Pencarian Kapal Rohingya yang Tenggelam di Aceh Barat Dilanjutkan

"Sayangnya, saya rasa masih banyak di antara kita yang tidak memahami hal itu. Kita benar-benar tidak bisa memahaminya, karena kita hidup dalam kehidupan kecil kita yang aman dan terlindungi."

Atika Yuanita Paraswaty, Ketua Perkumpulan Suaka Indonesia, juga menyoroti perjalanan laut para pengungsi Rohingya yang disebutnya "rentan untuk mengalami kecelakaan".

Menurutnya, tidak ada mekanisme khusus yang dapat memastikan keamanan, kondisi, dan kelayakan kapal yang digunakan dalam perjalanan.

Logistik yang minim dan cuaca yang tak menentu juga disebut dapat memengaruhi kondisi psikologis dan psikis para pengungsi selama berlayar.

"Dalam hal ini, perlu dilakukan penanganan berbasis hukum dan kemanusiaan," kata Atika.

Penanganan berbasis hukum yang dimaksud merujuk pada sejumlah kebijakan yang diatur di Peraturan Presiden No. 125/2016 yang membahas operasi pencarian dan pertolongan pengungsi saat kapal dalam kondisi darurat serta mekanisme penyelamatan para korban.

Baca juga: Panglima Laot Perintahkan Nelayan Aceh Tolong Pengungsi Rohingya Korban Kapal Terbalik

Sebanyak 22 perempuan pengungsi Rohingya dievakuasi ke daratan setelah kapal yang mereka tumpangi terbalik sekitar 15 mil di perairan Samudra Hindia.ANTARA FOTO via BBC Indonesia Sebanyak 22 perempuan pengungsi Rohingya dievakuasi ke daratan setelah kapal yang mereka tumpangi terbalik sekitar 15 mil di perairan Samudra Hindia.
Indonesia juga sudah meratifikasi Konvensi PBB tentang Hukum Laut (UNCLOS), yang salah satunya mewajibkan negara-negara untuk menyelamatkan kapal yang berada dalam kondisi darurat.

"Kewajiban hukum ini melengkapi kewajiban kemanusiaan yang diemban Indonesia sebagai sebuah negara," ujar Atika.

"Selain alasan kemanusiaan untuk menciptakan keadaan yang lebih aman bagi pengungsi, hal ini juga menjadi bentuk negara untuk melindungi manusia dalam ancaman terhadap nyawanya dalam hal dirinya mengalami kecelakaan di laut. Hak untuk hidup sendiri adalah bagian dari HAM yang harus dilindungi."

Meski begitu, Indonesia memiliki sikap berbeda.

Sejauh ini, pemerintah Indonesia memang telah mengerahkan berbagai pihak untuk menjalankan operasi pencarian dan pertolongan bagi para pengungsi Rohingya yang jadi korban kapal terbalik, serta menyiapkan penampungan bagi mereka.

Baca juga: Kapalnya Terbalik, Puluhan Pengungsi Rohingya Terombang-ambing di Perairan Aceh

Namun Hadi Tjahjanto, Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan, mengatakan itu semua berlandaskan pada rasa kemanusiaan.

Menurutnya, Indonesia sebenarnya tidak memiliki tanggung jawab untuk menerima dan menampung pengungsi,

Itu karena, kata Hadi, Indonesia tidak meratifikasi Konvensi 1951 dan Protokol 1967 tentang Pengungsi. Makanya, ia bilang semua kebutuhan dasar pengungsi diurus oleh UNHCR dan Organisasi Migrasi Internasional (IOM).

Wartawan di Aceh, Hidayatullah, berkontribusi untuk liputan ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Banjir dan Longsor Landa Pinrang, Satu Warga Tewas, Sejumlah Rumah Warga Ambruk

Banjir dan Longsor Landa Pinrang, Satu Warga Tewas, Sejumlah Rumah Warga Ambruk

Regional
Kasus Dokter Lecehkan Istri Pasien, Pelaku Serahkan Uang Damai Rp 350 Juta ke Korban

Kasus Dokter Lecehkan Istri Pasien, Pelaku Serahkan Uang Damai Rp 350 Juta ke Korban

Regional
UNESCO Tetapkan Arsip Indarung I Semen Padang Jadi Memory of the World Committee for Asia and the Pacific

UNESCO Tetapkan Arsip Indarung I Semen Padang Jadi Memory of the World Committee for Asia and the Pacific

Regional
Golkar Buka Peluang Majunya Raffi Ahmad di Pilkada Jateng

Golkar Buka Peluang Majunya Raffi Ahmad di Pilkada Jateng

Regional
Mantan Gubernur Babel Maju Periode Kedua Usai 'Video Call' dengan Gerindra

Mantan Gubernur Babel Maju Periode Kedua Usai "Video Call" dengan Gerindra

Regional
Kisah Istri Berusia 19 Tahun di Karimun yang Tewas Dibunuh Suami dengan Batang Sikat Gigi

Kisah Istri Berusia 19 Tahun di Karimun yang Tewas Dibunuh Suami dengan Batang Sikat Gigi

Regional
Terluka akibat Terperangkap di Pohon, Seekor Monyet di Salatiga Diserahkan ke BKSDA Jateng

Terluka akibat Terperangkap di Pohon, Seekor Monyet di Salatiga Diserahkan ke BKSDA Jateng

Regional
Maju Pilkada Blora, Politikus NasDem Mendaftar ke Gerindra

Maju Pilkada Blora, Politikus NasDem Mendaftar ke Gerindra

Regional
Kebakaran Pemukiman Nelayan di Pesisir Pulau Sebatik, 29 Jiwa Kehilangan Tempat Tinggal

Kebakaran Pemukiman Nelayan di Pesisir Pulau Sebatik, 29 Jiwa Kehilangan Tempat Tinggal

Regional
Kecanduan Judi Online, Pasutri di Kubu Raya Nekat Mencuri di Minimarket

Kecanduan Judi Online, Pasutri di Kubu Raya Nekat Mencuri di Minimarket

Regional
DMI dan LPQ Kota Semarang Usulkan Mbak Ita Maju Pilkada 2024

DMI dan LPQ Kota Semarang Usulkan Mbak Ita Maju Pilkada 2024

Regional
Kampung Jawi di Semarang: Daya Tarik, Jam Buka, dan Rute

Kampung Jawi di Semarang: Daya Tarik, Jam Buka, dan Rute

Regional
Gantikan Ganefri, Krismadinata Terpilih Jadi Rektor UNP 2024-2029

Gantikan Ganefri, Krismadinata Terpilih Jadi Rektor UNP 2024-2029

Regional
Anak Ketua DPC Gerindra Ambil Formulir Pilkada Blora di PDI-P

Anak Ketua DPC Gerindra Ambil Formulir Pilkada Blora di PDI-P

Regional
Video Viral Bocah Menangis di Samping Peti Mati Sang Ibu yang Dibunuh Ayahnya di Minahasa Selatan

Video Viral Bocah Menangis di Samping Peti Mati Sang Ibu yang Dibunuh Ayahnya di Minahasa Selatan

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com