Almarhum Gusdur, kata Sinta, mempelopori gerakan sahur keliling ini sejak masih di istana, sekitar 24 tahun lalu.
Dia pasti mengajak kaum dhuafa, teman-teman kaum marjinal, dan lainya.
Bahkan, mengajak wakil rakyat untuk mendengar cerita dan mengetahui kehidupan berpuasa kaum dhuafa, dan marjinal, untuk belajar dan sama merasakan apa yang mereka rasakan.
Selanjutnya, Gusdur juga menggandeng banyak pihak untuk terlibat dan saling bantu pada program sahur keliling dari satu tempat ke tempat lain, tanpa melihat latar belakang agama, sosial, dan lainnya.
Hal ini pula yang menjadi dasar Sinta mempertahankan nilai- nilai luhur itu hingga hari ini.
Kehadiran Sinta di Gereja Bunda Maria juga didampingi sejumlah tokoh lintas agama dari Islam, Katolik, Protestan, Hindu, Buddha, Konghucu dan lainnya.
Shinta juga merasa melihat miniatur Indonesia yang sangat beragam lantaran mengetahui beberapa suku yang hadir dalam acara tersebut.
Romo Antonius Harryanto, Ketua Paroki Gereja Bunda Maria Kota Cirebon mengaku merasa sangat bahagia mendampingi kehadiran Sinta Nuriyah Abdurahman Wahid dalam kegiatan di tempat dia beribadah.
Baginya, gereja bukan sekedar menjadi tempat ibadah khusus dan tertutup. Gereja merupakan tempat terbuka, dan ruang berbagai sesama manusia.
"Kami terbuka kepada siapa pun, kami ingin membangun tali persaudaraan."
"Momen ini (buka puasa bersama) menjadi momen momen yang lain, keterbukaan kami kepada umat beragama lain, menjadi sarana kami mewujudkan persaudaraan," kata Harry.
Pasalnya, kata toleransi yang dimaknai oleh Harry bukanlah sekedar arti bahasa.
Dia menyebut toleransi bukan sekadar menghormati orang lain yang berbeda untuk beribadah.
Toleransi, kata dia, adalah wujud kepekaan umat manusia terhadap manusia lainnya yang membutuhkan pertolongan.
Jadi kata toleransi bukan berarti pasif namun memiliki makna aktif untuk bergerak lebih peka.
Kegiatan sahur keliling dan buka puasa bersama Sinta Nuriyah Abdurahman Wahid ini digerakkan oleh keluarga besar Gereja Bunda Maria Kota Cirebon, bersama Pemuda Lintas Iman, Gusdurian, dan lainnya.
Mereka yang mayoritas berasal dari generasi muda ini, berharap akan terus mengobarkan semangat keberagaman, persatuan dan kemanusiaan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.