‘’Kami semua mendengar macam orang teriak minta tolong saat malam. Mungkin saja itu suara korban, kita di hutan ini tidak boleh berburuk sangka supaya tidak sial. Harus positive thinking,’’lanjutnya.
Sepanjang perjalanan menembus hutan dan mendaki gunung, Endy dan lainnya terus berusaha mengusir rasa lelah dengan banyak bercanda, saling bercerita lucu.
Di kedalaman hutan, radio komunikasi mereka sering hilang sinyal sehingga mereka seringkali tidak melaporkan posisi dan keadaan mereka ke atasan.
Mengakali agar masih dalam track pencarian, sesekali satu orang di antara mereka mendaki pohon, menentukan arah untuk rute selanjutnya, dan berharap melihat tanda keberadaan pesawat yang jatuh.
Baca juga: Sosok Teknisi Pesawat Pilatus Smart Air, Sudah Lama Jadi Kru Pesawat, Akan Dimakamkan di Cijulang
Ketika ada helikopter SAR lewat, mereka ikuti jalur terbangnya.
‘’Rasa capek seakan hilang begitu melihat puing pesawat dan sembako yang berserakan. Tapi kita terlambat sampai, karena Tim SAR dari Tarakan sudah mengevakuasi korban. Mereka evakuasi siang, kami sampai jam 5 sore,’’kata Endy.
Endy dan lainnya tidak menyesal datang terlambat, atau tidak terlibat dalam evakuasi.
Menurutnya, penemuan pesawat dan korban adalah hasil akhir yang semua orang inginkan.
‘’Tidak ada kekecewaan, yang jelas, kita semua terlibat dalam misi pencarian dan berhasil. Kita dokumentasikan pesawat yang hancur juga sebagai bukti keterlibatan kami,’’tegasnya.
Di tengah rasa lelah dan penat yang dialami rombongan Endy, mereka sempat bertanya kepada pilot helikopter SAR.
Apakah mereka bisa diangkut kembali ke Mapolsek Krayan Selatan, menimbang mereka harus kembali mengulang rute yang tidak mudah.
‘’Pilotnya mengatakan tidak bisa karena sudah malam juga. Besoknya heli diperintahkan kembali ke Bogor. Akhirnya kami jalan kaki lagi kembali ke Polsek Krayan Selatan,’’ katanya.
Endy mengatakan, jalan pulang yang ditempuh justru terasa ringan karena beban misi sudah termasuk berhasil.
Meski kaki terasa bengkak dan membesar, semua terbayar lunas dengan cerita keterlibatan mereka dalam misi pencarian Pilatus Smart Air yang sukses.
‘’Berangkat jalan kaki tiga hari dua malam, pulangnya juga begitu. Bekal habis sama sekali, air minum ndak ada. Tapi ndak apa-apa, itu pengalaman yang berharga,’’kata Endy.
Diberitakan sebelumnya, sebuah pesawat jenis Pilatus Smart Aviation type PC 6 (Pilatus Porter) registrasi PK-SNE, yang memuat 583 kilogram sembako dari Bandara Tarakan menuju Krayan, Nunukan, Kalimantan Utara, hilang kontak pada Jumat (8/3/2024) siang.
Tim SAR Tarakan telah melakukan evakuasi pada Minggu (10/3/2024).
Pilot pesawat Pilatus bernama Muhammad Yusuf Yusandika Katohe (29) ditemukan selamat, sedangkan teknisi bernama Deni Sobali (35) meninggal dunia.
Petugas masih memeriksa black box pesawat untuk mengetahui kronologi jatuhnya pesawat.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.