"Kalau di keluarga saya sendiri tidak mengurangi kebutuhan nasinya. Untuk menyiasatinya biasanya kita beli beras dengan kualitas premium ya misalnya, kita membeli dengan grade-nya yang dikurangi dikit," ujarnya.
Baca juga: Bagikan Bantuan Beras di Maros, Jokowi: Negara Lain Juga Alami Kenaikan Harga Beras
"Atau kalau nggak kita bisa mengaturnya dengan memilih membeli lauk yang lebih murah. Saya begitu sih kalau menyiasatinya," lanjut Puspita.
Seorang pedagang nasi goreng di Surabaya, Kadir, juga mengakui bahwa dirinya sangat merasakan kenaikan harga beras saat ini dan berakibat langsung pada penurunan penghasilannya.
"Harganya [dagangannya] tetap. Nanti kalau naik kan kasihan pelanggan. Ya penghasilan [saya] jadi berkurang," ujarnya.
Kadir melanjutkan setahun yang lalu, harga beras untuk bahan nasi goreng dia membeli yang per kilogramnya Rp14.000. Sekarang harganya naik menjadi Rp16.500 sampai Rp17 ribu.
"Harga makanan pokok seperti telur dan cabai juga naik. Ya semoga bisa distabilkan lagi harganya. Jangan terlalu mahal," harapnya kepada pemerintah.
Baca juga: Cerita Ratih Antre Beras Murah SPHP, Pulang dengan Tangan Kosong
Pedagang makanan warung Tegal di Sleman, Muhammad Ibrizi, bercerita heran dengan kenaikan bahan pokok saat ini.
Biasanya, kata dia, naiknya harga bahan pokok yang begitu tinggi terjadi menjelang hari raya Idulfitri. Tapi kali ini, belum Ramadan sudah naik.
"Dibilang masuk akal ya aneh, tidak masuk akal tapi nyatanya juga begitu. Bagaimana ya... enggak tahu juga," katanya penuh heran.
Meski harga-harga naik, Ibrizi belum berpikir untuk menaikkan harga makanan di warungnya. Dia hanya mengurangi belanja untuk menekan harga produksi.
Kalau dalam sehari memasak untuk jualan menghabiskan 15 kilogram beras dan dua kilo cabai. Untuk pengetatan produksi, dia mengurangi jumlah penggunaan cabai menjadi 1,5 kilogram, dan mengganti jenis beras yang harganya di bawah Rp17.000 dengan kualitas yang tetap sama.
Baca juga: Harga Beras Sentuh Rp 17.000, Penjual: 25 Tahun Saya Jualan Beras, Ini yang Paling Mahal
"Sementara ini masih sama, tidak saya naikkan harganya," katanya.
Sebagai pelaku bisnis, Ibrizi berharap harga bisa stabil dan barangnya tersedia. Namun kalau harga terus naik, dia mengaku akan ikut menaikkan harga jual di warungnya.
"Kalau masih naik lagi, berat... Ini saja sudah ada perubahan jenis beras yang saya gunakan, kalau enggak begitu enggak masuk harga produksinya," kata Ibrizi untuk menyiasati tingginya harga beras.
Kata Jokowi, kondisi ini hampir terjadi di seluruh negara di dunia.
"Kenapa naik? Karena ada yang namanya perubahan iklim, ada yang namanya perubahan cuaca sehingga gagal panen, produksi berkurang sehingga harganya naik," kata Jokowi saat memberikan bantuan beras di Gedung Kawasan Pertanian Terpadu, Kota Tangerang Selatan, Banten.
Tapi sejumlah pengamat menilai pernyataan tersebut tak sepenuhnya benar. Sebab di negara lain seperti Thailand dan Vietnam tak mengalami kekurangan beras.
Baca juga: Harga Beras Naik, Perajin Ketupat di Banyumas Perkecil Ukuran agar Tak Rugi
Ahli pertanian dari Universitas Lampung, Bustanul Arifin, mengatakan salah satu penyebab kenaikan harga beras karena produksi padi turun pada tahun 2023 akibat El Nino.
Ia menjelaskan, pada 2023 produksi padi turun sekitar satu juta ton karena luas panen yang turun signifikan sekitar 300.000 hektare.
Penyebab lain, adalah ekonomi beras global. Pada Juli tahun 2023, katanya, India melarang ekspor beras karena pertimbangan politis di mana Perdana Menteri Narendra Modi tengah menghadapi pemilu pada 2024.
Koordinator Koalisi Kedaulatan Pangan (KRKP), Ayip Said Abdullah, sependapat. Hanya saja dia menilai ada faktor lain yang turut mengerek kenaikan harga beras yakni kebijakan pemerintah yang jor-joran menggelontorkan bantuan sosial (bansos) saat masa kampanye kemarin.
"Implementasi dari kemarin jor-joran bansos juga berpengaruh. Sebagian ada yang ditarik ke premium untuk dicampur dengan beras medium untuk dijadikan bansos," jelasnya kepada BBC News Indonesia.
Baca juga: Harga Beras Mahal, Pj Wali Kota Bekasi: Pengaruh Cuaca
"Situasi ini yang memicu harga naik dan [beras] premium jadi langka di pasaran," sambung Said sambil menambahkan bahwa cadangan beras pemerintah juga disebut tak cukup banyak di akhir tahun.