KOMPAS.com - Baiq Hadijah (50), penyandang disabilitas daksa di Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat, resah dengan maraknya kerusakan lingkungan yang ada di kawasan penyangga mata air pegunungan Batulanteh.
Kini, wilayah itu sudah banyak ditanami tanaman semusim seperti jagung dan bawang merah.
Sementara itu jumlah pohon di kawasan konservasi dan perhutanan sosial itu terus berkurang setiap tahun.
Dengan langkah tertatih, ia menuruti bukit yang curam. Ia pantang menyerah untuk menanam pohon.
"Fisik saya tidak kuat. Tapi saya berusaha menuruti bukit terjal ini untuk menanam pohon," kisah Hadijah.
Baca juga: Siasat Pemprov Banten Atasi Polusi Udara, Penghijauan dan Denda Kendaraan Tak Lolos Uji Emisi
Sebagai Ketua Forum Disabilitas Sarea, ia menginisiasi penanaman bibit sebanyak 1.500 pohon.
Menurutnya, langkah kecil itu sebagai upaya nyata menjaga kawasan penyangga mata air di Daerah Aliran Sungai (DAS) Batulanteh.
“Apa yang kami lakukan hari ini sebagai langkah kecil untuk menjaga kawasan mata air kami di DAS Batulanteh. Desa Batu Dulang ini sebagai salah satu kawasan strategis,” kata Hadijah, Selasa (30/1/2024).
Ia mencoba memotivasi warga di sekitar Pegunungan Batulanteh bahwa hambatan tidak jadi pantangan dalam pelestarian alam.
Desa Batu Dulang merupakan bagian dari desa-desa yang berada di kawasan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Batu Lanteh.
Luas KPH Batu Lanteh 32.776 hektar mencakup empat kecamatan, yakni Batulanteh, Moyo Hulu, Moyo Hilir dan Moyo Utara.
Luasan itu terbagi atas hutan lindung (14.303 hektar), hutan produksi (14.842) dan hutan produksi terbatas (3.631 hektar).
Baca juga: Janji Selesaikan Masalah Banjir, Bupati Banyuwangi Lakukan Penghijauan hingga Normalisasi Sungai
Di bawah Desa Batu Dulang terdapat Taman Wisata Alam (TWA) Semongkat yang menjadi sumber air bersih untuk daerah pusat pemerintahan Sumbawa.
Ia sadar dengan posisi strategis Desa Batu Dulang. Jika kondisi lingkungan Desa Batu Dulang rusak, sumber air bersih akan terganggu, demikian pula dengan iklim mikro.
"Lihat kemiringan bukit-bukit di sini, ini rawan longsor. Kalau habis pohon penyangga, mudah sekali jatuh," kata Hadijah menunjukkan bukit yang terlihat baru dibersihkan.