Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dilema Mahasiswa Rantau Jelang Pemilu, Ingin "Nyoblos" tapi Takut Ribet Urus Pindah TPS

Kompas.com - 11/01/2024, 09:29 WIB
Sabrina Mutiara Fitri,
Dita Angga Rusiana

Tim Redaksi

SEMARANG, KOMPAS.com- Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 tinggal menghitung hari. Kalangan muda, khususnya generasi Z, tampak bersemangat menyambut pesta demokrasi.

Mereka akan tercatat sebagai Daftar Pemilih Tetap (DPT) yang umumnya ditetapkan berdasarkan alamat di Kartu Tanda Penduduk (KTP).

Namun, lantaran terdapat sejumlah alasan tertentu, tidak semua pemilih dapat memberikan suaranya di Tempat Pemungutan Suara (TPS). Salah satunya, mahasiswa rantau yang sedang menimba ilmu di kota orang.

Baca juga: Ratusan Warga Pindah Memilih Pemilu 2024 ke Lhokseumawe, Catat Syaratnya

Dalam hal ini, Komisi Pemilihan Umum (KPU) memfasilitasi pemilih yang ingin pindah TPS karena faktor domisili.

Sayangnya, tidak semua mahasiswa rantau mengetahui adanya Hak Pindah Memilih pada pesta demokrasi 14 Februari 2024 mendatang.

Hal tersebut disampaikan oleh mahasiswa di salah satu universitas negeri di Kota Semarang, Laila Anis.

Mahasiswa rantau asal Tegal itu menyebut, tidak mengetahui adanya hak pindah memilih pada Pemilu 2024.

"Sebenernya mau milih di Semarang aja, tapi belum tahu sistem dan regulasinya gimana," ucap Laila kepada Kompas.com, Rabu (10/1/2024).

Laila mengatakan, sebetulnya dirinya sudah menetapkan pemimpin yang akan dipilih pada 14 Februari mendatang. Dengan demikian, dirinya tak ingin menyia-nyiakan kesempatan tersebut.

"Sebetulnya pengennya tetep nyoblos, tapi kalau regulasinya ribet jadi males, ngurusinnya" ucap dia.

Selain Laila, mahasiswa UIN Walisongo Semarang semester 7, Bagus Satria, juga merasakan hal serupa.

Bagus mengatakan, dirinya tidak bisa berpartisipasi pada Pilpres 2024 lantaran tidak sempat pulang mengurus kepindahan.

"Pengennya sih tidak pulang, soalnya perjalanan ke Lamongan jauh. Terus masih magang kuliah, paling libur satu hari aja. Jadi waktunya tidak cukup," ucap Bagus.

Baca juga: Cara Mengurus Pindah Memilih pada Pemilu 2024 Bagi Mahasiswa Luar Daerah di Yogyakarta

Dia menilai regulasi pindah memilih yang ditetapkan oleh KPU menyulitkan mahasiswa rantau. Sehingga, dirinya tidak terlalu keberatan jika hak suaranya hangus begitu saja.

"Kalau ngurus persyaratannya ribet ya golput saja, tidak peduli. Yang penting tidak ada yang mengatas namakan saya, terus milih salah satu paslon," ungkap dia.

Hal senada juga disampaikan oleh Sheila Salsabila. Perantau asal Kulon Progo itu mengaku, sangat keberatan dengan adanya regulasi pindah pemilih yang ditetapkan oleh KPU.

Pasalnya, dirinya tidak memiliki waktu libur yang panjang untuk mengurusi pindah pemilih. Dengan demikian, kemungkinan Sheila akan merelakan hak suaranya pada Pilpres 2024 ini.

"Regulasi ini cenderung sulit, jadi males ngurusnya. Tahun 2019 saya masih di rumah dan nyoblos. Jadi sedih rasanya di kesempatan kedua ini merantau karena pekerjaan, jadi tidak bisa milih. Sedih sih, apalagi saya sering nonton debat," pungkas Sheila.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

BPBD OKU Evakuasi Korban Banjir di 4 Kecamatan

BPBD OKU Evakuasi Korban Banjir di 4 Kecamatan

Regional
Bos Kerajinan Tembaga di Boyolali Dibunuh Usai Hubungan Sesama Jenis, Ini Kronologi dan Motifnya

Bos Kerajinan Tembaga di Boyolali Dibunuh Usai Hubungan Sesama Jenis, Ini Kronologi dan Motifnya

Regional
2 Tersangka Pemalsuan Surat Tanah yang Libatkan Pj Walkot Tanjungpinang Ditahan

2 Tersangka Pemalsuan Surat Tanah yang Libatkan Pj Walkot Tanjungpinang Ditahan

Regional
2 Mobil Mewah Milik Tersangka Kasus Investasi Bodong Berkedok Bisnis BBM di Kalsel Disita

2 Mobil Mewah Milik Tersangka Kasus Investasi Bodong Berkedok Bisnis BBM di Kalsel Disita

Regional
Pengerjaan Jalan di Purworejo Dikeluhkan Warga, DPUPR Sebut Proses Lama karena Ini

Pengerjaan Jalan di Purworejo Dikeluhkan Warga, DPUPR Sebut Proses Lama karena Ini

Regional
Gubernur Kepri Minta Malaysia Lepas Nelayan Natuna yang Ditahan

Gubernur Kepri Minta Malaysia Lepas Nelayan Natuna yang Ditahan

Regional
Banjir di Sumsel Meluas, Muara Enim Ikut Terendam

Banjir di Sumsel Meluas, Muara Enim Ikut Terendam

Regional
Bunuh Anggota Polisi, Remaja di Lampung Campur Racun dan Obat Nyamuk ke Minuman Korban

Bunuh Anggota Polisi, Remaja di Lampung Campur Racun dan Obat Nyamuk ke Minuman Korban

Regional
Rayakan Tradisi Leluhur, 1.500 Warga Baduy 'Turun Gunung' pada 17 Mei 2024

Rayakan Tradisi Leluhur, 1.500 Warga Baduy "Turun Gunung" pada 17 Mei 2024

Regional
Menyoal Perubahan Status Kewarganegaraan Marliah yang Tiba-tiba Jadi WN Malaysia

Menyoal Perubahan Status Kewarganegaraan Marliah yang Tiba-tiba Jadi WN Malaysia

Regional
Susul Sekda Kota Semarang, Ade Bhakti Dijadwalkan Ambil Formulir Pendaftaran Pilkada di PDI-P

Susul Sekda Kota Semarang, Ade Bhakti Dijadwalkan Ambil Formulir Pendaftaran Pilkada di PDI-P

Regional
Pemuda di Sleman Lecehkan Mahasiswi, Awalnya Diajak Ngabuburit

Pemuda di Sleman Lecehkan Mahasiswi, Awalnya Diajak Ngabuburit

Regional
Kecelakaan Beruntun di Depan KIW Semarang, Satu Pengendara Tewas

Kecelakaan Beruntun di Depan KIW Semarang, Satu Pengendara Tewas

Regional
Dugaan Korupsi Lahan Hutan Negara, Keterlibatan Anak Bupati Solok Selatan Diselidiki

Dugaan Korupsi Lahan Hutan Negara, Keterlibatan Anak Bupati Solok Selatan Diselidiki

Regional
Tersangka Pembunuh Waria di Sukabumi Ditangkap di Bus Menuju Bogor

Tersangka Pembunuh Waria di Sukabumi Ditangkap di Bus Menuju Bogor

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com