Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gunung Ile Lewotolok NTT Meletus 327 Kali dalam 2 Pekan Terakhir

Kompas.com - 19/12/2023, 10:17 WIB
Serafinus Sandi Hayon Jehadu,
Andi Hartik

Tim Redaksi

LEMBATA, KOMPAS.com - Pos Pemantau Gunung Api (PGA) Ile Lewotolok di Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur (NTT), mencatat, gunung setinggi 1.423 meter di atas permukaan laut itu meletus 327 kali dalam dua pekan terakhir atau pada periode pengamatan 1-17 Desember 2023.

Secara visual, pada periode ini gunung terlihat jelas dan tertutup kabut. Teramati asap kawah utama berwarna putih dan kelabu dengan intensitas tipis hingga tebal tinggi sekitar 50-600 meter dari puncak.

Teramati letusan atau erupsi dengan tinggi 50-550 meter dari puncak, kolom letusan berwarna putih hingga kelabu.

"Terjadi guguran, namun secara visual, jarak dan arah luncuran tidak teramati," ujar Kepala Pos PGA Ile Lewotolok, Stanislaus Ara Kian dalam keterangannya, Selasa (19/12/2023).

Baca juga: Gunung Ile Lewotolok Kembali Alami Erupsi Malam Ini

Sementara berdasarkan pengamatan instrumental, ungkap Stanislaus, tercatat terjadi 327 kali gempa letusan dan satu kali gempa guguran.

Kemudian, 2.764 kali gempa embusan, 19 kali gempa harmonik, 129 kali tremor non-harmonik, empat kali gempa vulkanik dangkal, 37 kali gempa vulkanik dalam, tujuh kali gempa tektonik lokal, dan 29 kali gempa tektonik jauh.

Baca juga: Aktivitas Vulkanik Gunung Ile Lewotolok Menurun dalam 3 Pekan Terakhir

Stanislaus menjelaskan, energi seismik yang dihitung dengan metode perata-rataan nilai amplitudo atau yang disebut Real-time Seismic Amplitude Measurements (RSAM) menunjukkan fluktuasi energi dengan kecenderungan energi lebih rendah dalam periode dua minggu terakhir ini dan masih di bawah ambang energi periode sebelumnya.

Secara umum, lanjutnya, jumlah gempa menurun, namun terjadi peningkatan gempa vulkanik dalam.

"Ini mengindikasikan adanya suplai magma dalam, namun peningkatan energi seismik tidak meningkatkan energi seismiknya," katanya.

Meski secara umum mengalami penurunan aktivitas vulkanik, namun Stanislaus mengimbau warga tetap waspada.

Sampai saat ini suplai fluida magmatik dangkal dan dalam masih terjadi.

Selain itu, erupsi eksplosif masih berlangsung dengan jangkauan lontaran lava dominan masih di sekitar area kawah, namun dapat juga menjangkau sejauh sekitar 500 meter keluar dari kawah.

Potensi ancaman bahaya dari lontaran lava atau material pijar harus tetap diwaspadai.

Yang mana sampai saat ini diperkirakan masih akan berada di dalam wilayah radius 2 kilometer dari pusat aktivitas gunung Ile Lewotolok.

Terdapat juga potensi ancaman bahaya dari hujan abu yang arah dan jangkauan sebarannya tergantung pada arah dan kecepatan angin.

Ancaman lain adalah bahaya dari aliran lahar pada sungai-sungai yang berhulu di puncak terutama pada saat musim hujan.

"Ada juga potensi ancaman bahaya dari gas-gas vulkanik beracun seperti CO2, CO, SO2, dan H2S di daerah puncak," katanya.

Stanislaus menambahkan, dengan kemiringan lereng dan apabila kestabilan aliran atau material lava terganggu maka dapat terjadi guguran atau longsoran lava yang berisiko diikuti oleh awan panas, dengan arah luncuran dan ancaman bahayanya dapat mengarah ke timur laut, timur, maupun tenggara.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Golkar Buka Peluang Majunya Raffi Ahmad di Pilkada Jateng

Golkar Buka Peluang Majunya Raffi Ahmad di Pilkada Jateng

Regional
Mantan Gubernur Babel Maju Periode Kedua Usai 'Video Call' dengan Gerindra

Mantan Gubernur Babel Maju Periode Kedua Usai "Video Call" dengan Gerindra

Regional
Kisah Istri Berusia 19 Tahun di Karimun yang Tewas Dibunuh Suami dengan Batang Sikat Gigi

Kisah Istri Berusia 19 Tahun di Karimun yang Tewas Dibunuh Suami dengan Batang Sikat Gigi

Regional
Terluka akibat Terperangkap di Pohon, Seekor Monyet di Salatiga Diserahkan ke BKSDA Jateng

Terluka akibat Terperangkap di Pohon, Seekor Monyet di Salatiga Diserahkan ke BKSDA Jateng

Regional
Maju Pilkada Blora, Politikus NasDem Mendaftar ke Gerindra

Maju Pilkada Blora, Politikus NasDem Mendaftar ke Gerindra

Regional
Kebakaran Pemukiman Nelayan di Pesisir Pulau Sebatik, 29 Jiwa Kehilangan Tempat Tinggal

Kebakaran Pemukiman Nelayan di Pesisir Pulau Sebatik, 29 Jiwa Kehilangan Tempat Tinggal

Regional
Kecanduan Judi Online, Pasutri di Kubu Raya Nekat Mencuri di Minimarket

Kecanduan Judi Online, Pasutri di Kubu Raya Nekat Mencuri di Minimarket

Regional
DMI dan LPQ Kota Semarang Usulkan Mbak Ita Maju Pilkada 2024

DMI dan LPQ Kota Semarang Usulkan Mbak Ita Maju Pilkada 2024

Regional
Kampung Jawi di Semarang: Daya Tarik, Jam Buka, dan Rute

Kampung Jawi di Semarang: Daya Tarik, Jam Buka, dan Rute

Regional
Gantikan Ganefri, Krismadinata Terpilih Jadi Rektor UNP 2024-2029

Gantikan Ganefri, Krismadinata Terpilih Jadi Rektor UNP 2024-2029

Regional
Anak Ketua DPC Gerindra Ambil Formulir Pilkada Blora di PDI-P

Anak Ketua DPC Gerindra Ambil Formulir Pilkada Blora di PDI-P

Regional
Video Viral Bocah Menangis di Samping Peti Mati Sang Ibu yang Dibunuh Ayahnya di Minahasa Selatan

Video Viral Bocah Menangis di Samping Peti Mati Sang Ibu yang Dibunuh Ayahnya di Minahasa Selatan

Regional
Viral, Bupati Pemalang Touring Pakai Pelat Palsu, Mansur: Keteledoran Tim

Viral, Bupati Pemalang Touring Pakai Pelat Palsu, Mansur: Keteledoran Tim

Regional
Polisi Tangkap Pria yang Cabuli Anak di Bawah Umur di Toilet Sekolah

Polisi Tangkap Pria yang Cabuli Anak di Bawah Umur di Toilet Sekolah

Regional
Gaji Guru PPPK di Semarang Masih Belum Cair, Wali Kota: Sabtu Cair

Gaji Guru PPPK di Semarang Masih Belum Cair, Wali Kota: Sabtu Cair

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com