SERANG, KOMPAS.com - Tulang ikan bandeng yang dianggap limbah disulap oleh Ali Suryaman menjadi kerupuk yang memiliki nilai ekonomis tinggi.
Bisnis kerupuk tulang ikan bandeng yang membuatnya memutuskan berhenti menjadi guru honorer SMA swasta di Kota Serang, Banten setelah mengabdi 10 tahun.
"Menjadi guru honorer dari tahun 2013 sampai 2022, saya putuskan berhenti karena ingin fokus mengembangkan bisnis kerupuk tulang ikan bandeng ini," kata Ali saat berbincang dengan Kompas.com di rumahnya, Jumat (15/12/2023).
Baca juga: Omzet PKL Malioboro Turun Drastis, Pedagang Minta Kembali ke Selasar Malioboro
Ali pun menceritakan, awal mula mempunyai ide membuat kerupuk tulang ikan bandeng karena banyak rumah produksi sate bandeng di daerahnya.
Pengusaha pembuatan sate bandeng tidak mengolah tulang, melainkan membuangnya karena dianggap limbah dan tidak bisa dimanfaatkan.
Lantas Ali pun meminta ijin untuk membawa tulang, dan diberi tulang sebanyak 1 kilogram secara gratis.
Dirumahnya, di Lingkungan Benggala, Kecamatan Serang, Kota Serang, Banten kemudian mencoba mengolah tulang yang diperolehnya menjadi kerupuk.
Uji coba dilakukannya tak langsung berhasil, hasil berkali-kali tak sesuai keinginannya, seperti rasa pahit dan berbau.
Baca juga: Pengoplos Gas Subsidi di Banten, 8 Orang Ditangkap, Omzet Rp 1 Miliar Per Hari
Tidak pantang menyerah, pria berusia 47 tahun ini meraciknya dan akhirnya memiliki takaran dan resep yang pas.
Kini, kerupuk tulang ikan bandeng memiliki rasa enak, gurih, empuk, renyah tanpa ada bau.
"Butuh waktu juga saya coba berkali-kali supaya rasanya sesuai keinginan. Sebulan lebih akhirnya bisa menghasilkan kerupuk yang pas, enak," ujar Ali.
Kerja kerasnya merintis usaha kerupuk untuk menghidupi keluarganya membuahkan hasil dengan banyaknya pesanan.
Bahkan kerupuk yang diproduksi bersama kedua anaknya ini diminati, dan sudah pernah dipesan dan disukai warga negara Turki, Qatar, Yaman, Yordania, Singapura, Malaysia.
"Sekarang Alhamdulillah orderan banyak, sampai saya kewalahan. Ini juga dibantu sama anak buat produksinya," ujar Ali.
Baca juga: Bandung Great Sale 2023 Raih Omzet Rp 69 Miliar dalam 33 Hari
Berkat ide yang kreatif dan inovasinya, kini Ali sudah memproduksi tujuh jenis varian kerupuk dari bahan baku yang tak lazim yang diberi merek 'Refisa Krubasan'.
Ketujuh kerupuk itu dibuat dari bahan utamanya tulang ikan bandeng, jantung pisang, kerang, tutut, telur asin, lele dan wortel.
Semua prodak yang diproduksinya sudah memiliki legalitas baik sertifikat halal, lulus uji kandungan gizi, sertifikat produksi pangan industri rumah tangga, dan mendapatkan gak paten resepnya.
Keputusannya berhenti menjadi guru honorer kini tak salah, dalam sebulan omsetnya sudah mencapai belasan juta.
Setiap produksi, dari 1 kilogram tulang bisa menghasilkan 15 sampai 20 pcs kerupuk siap konsumsi.
"Produksi libur setiap Jumat, sekali produksi bisa menghasilkan 50 pcs. Per pcs dijual harga Rp 12.500. Kalau omset per bulan yah bisa menyekolahkan anak," ucap Ali.
Baca juga: Kerupuk Emping Melinjo Berkembang di Lebak, Omzet Rp 60 Juta Sebulan
Meski sudah menguntungkan, dia terus mempromosikan prodaknya dari satu stand ke stand acara pameran UMKM baik di seputar maupun luar Banten.
Tantangan Ali saat ini yang dihadapi yakni bagaimana cara untuk meningkatkan jumlah produksi kerupuknya agar bisa memenuhi pesanan.
"Saya kan baru mulai terjun di pertengahan tahun 2022. Sekarang saya pakai peralatan sederhana, butuh peralatan produksi yang bisa menghasilkan banyak kerupuk," kata Ali.
"Malu kalau pesanan banyak tapi tidak terpenuhi. Nanti jelek nama saya," sambung dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.